Berwisata ke Desa Wisata Sade yang Kaya Akan Keragaman Budaya dan Tradisi Nusa Tenggara Barat

Berwisata ke Desa Wisata Sade yang Kaya Akan Keragaman Budaya dan Tradisi Nusa Tenggara Barat

Desa Wisata Sade yang berada di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat-Akun Insatagram @wulandari.ka-

BENGKULUESKPRESS.COM - Selain Desa Sesaot, Nusa Tenggara Barat juga menawarkan desa wisata lain yang akan memberikan pengalaman menarik ketika kamu mengunjunginya. Desa ini masih sangat kental dengan nuansa tradisional. 

Desa ini dikenal dengan Desa Wisata Sade. Destinasi wisata yang satu ini berada di Lombok Tengah tepatnya terletak di Jalan Raya Praya-Kita Dusun Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Desa ini merupakan salah satu desa yang sudah ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 1975.

Desa Wisata Sade memiliki keunikan, yang mana masyarakat masih melestarikan keunikan adat Suku Sasak, seperti bentuk bangunan, tradisi kawin culik, dan masih banyak lagi.

Desa Sade memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri di atasnya. Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang.

BACA JUGA:Terpana Melihat Keindahan Panorama Pantai Oyama yang Menakjubkan di Sulawesi Tengah

Desa Wisata Sade dipimpin seorang kepala dusun yang dipilih berdasarkan musyawarah. Penduduk di sana menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Pelafalan aksara yang digunakan hampir sama dengan bahasa Jawa. Yakni Ha Na Ca Ra ka yang diucapkan menjadi He Ne Ce Re Ke mengunakan vokal "e" pepet. 

Mayoritas masyarakat Desa Wisata Sade memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya, jadi petani, petenak, penenun, pemandu wisata, dan penjual aksesori. Para pria Desa Sade mayoritas bekerja sebagai petani di ladang. Sementara, para perempuan mayoritas bekerja sebagai penenun.


Kerajinan tenun perempuan Desa Wisata Sade-Akun Insatagram @ahla.nrs-

Di balik keragaman budaya Desa Sade, dulunya orang Sade merupakan warga Kerajaan Hindu-Buddha yang dipimpin Raja A A Gede Karangasem. Hal ini dapat terlihat dari bentuk-bentuk rumah penduduk berdasarkan tiga tangga, yang merupakan simbol dari waktu telu.

Salah satu keragaman budaya desa ini terletak pada budaya menenun, perempuan Sasak mulai belajar menenun sejak usia tujuh hingga 10 tahun. Karenanya, menenun menjadi profesi yang digeluti perempuan Sasak ketika masa panen telah berakhir. Selain itu, orang Sasak di Desa Sade percaya bahwa perempuan Sasak wajib menguasai keterampilan menenun sebelum menikah.

BACA JUGA:Menyaksikan Panorama Air Terjun Tertinggi dan Terbesar di Gorontalo

Salah satu produk hasil tenunan di Desa Sade adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan katun atau sutra. Untuk membuat sehelai Songket, dibutuhkan kain sepanjang dua meter dengan waktu pengerjaan selama dua sampai tiga minggu.

Selain itu, Desa Wisata Sade juga memiliki tradisi yang sangat unik yaitu kawin culik. Tradisi kawin culik adalah tradisi pernikahan khas orang Sasak di Desa Sade. Pemuda Sasak yang ingin menikah akan menculik calon mempelainya saat malam hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: