HONDA BANNER
BPBDBANNER

Dari Panggung Bambu Menjadi Laboratorium Hidup, Kisah Transformasi Ekonomi Sirkuler di Jorong Tabek

Dari Panggung Bambu Menjadi Laboratorium Hidup, Kisah Transformasi Ekonomi Sirkuler di Jorong Tabek

Salah satu aspek paling menonjol dari keberhasilan KBA Jorong Tabek adalah perannya sebagai wadah bagi 90 pegiat ekonomi setempat, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Mereka berkumpul di Rumah Pintar untuk berbagi ide dan mengembangkan produk bar-(ist)-

BENGKULUEKSPRESS.COM – Di tengah hijaunya perbukitan Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, sebuah rumah panggung sederhana telah bertransformasi menjadi pusat inspirasi dan pemberdayaan. Bukan sekadar bangunan, tempat yang dulunya terisolir ini kini dikenal sebagai Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, sebuah laboratorium ekonomi sirkuler yang menggerakkan roda ekonomi kerakyatan, terutama bagi para ibu rumah tangga.

Inisiatif yang berakar dari semangat gotong royong ini dimulai pada tahun 2019, ketika sekelompok warga membangun rumah panggung beratap gonjong Minangkabau. Bangunan yang sarat akan kearifan lokal ini kemudian disokong penuh oleh PT Astra International Tbk dan diubah menjadi pusat kegiatan multifungsi. Namun, di balik keindahan estetika dan filosofi budayanya, ada semangat baru yang jauh lebih kuat: mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

Inovasi Berbasis Limbah, dari Gula Semut hingga Pakan Maggot

Ketua KBA Jorong Tabek, Kasri Satra, menjelaskan bahwa pengelolaan ekonomi di tempat ini berfokus pada konsep ekonomi sirkuler. Hal ini bermula dari produksi gula semut aren yang menjadi komoditas unggulan 20 kepala keluarga setempat. Proses ini menghasilkan limbah organik yang tidak terbuang sia-sia.

BACA JUGA:Peringati Hari Mangrove Sedunia, AHM Tanam 12.000 Pohon di Pesisir Karawang

BACA JUGA:Astra Motor Tegaskan Komitmen untuk Pendidikan Lewat Program

"Limbah produksi gula semut dan sampah organik warga kemudian diolah menjadi pakan maggot," jelas Kasri. Maggot-maggot ini nantinya dimanfaatkan sebagai pakan ikan di kolam KBA, menciptakan rantai ekonomi yang saling terhubung.

Tak hanya limbah organik, sampah nonorganik juga dikelola dengan cara yang unik melalui bank sampah. Warga yang menyetorkan sampah plastik, botol, atau logam akan mendapatkan catatan tabungan dalam bentuk rupiah. "Sebagian dikembalikan ke warga, dan sebagian lagi dikumpulkan untuk mendukung kegiatan ekonomi lainnya, termasuk beasiswa bagi anak muda berprestasi," imbuh Kasri.

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dan Daya Tarik Wisata Edukasi

Salah satu aspek paling menonjol dari keberhasilan KBA Jorong Tabek adalah perannya sebagai wadah bagi 90 pegiat ekonomi setempat, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Mereka berkumpul di Rumah Pintar untuk berbagi ide dan mengembangkan produk baru, membuktikan bahwa perempuan memiliki peran sentral dalam menggerakkan ekonomi desa.

Transformasi ini tak berhenti di situ. Dengan beragam inovasi yang lahir, Jorong Tabek kini bukan lagi daerah terisolir, melainkan desa wisata edukasi yang terbuka untuk umum. Fasilitas seperti kolam ikan, yang juga bagian dari ekosistem ekonomi sirkuler, menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pendapatan dari kolam ikan, yang bisa mencapai Rp5 juta per bulan, digunakan untuk mendukung kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga kurang mampu di Jorong Tabek.

KBA Jorong Tabek kini telah menjadi simbol nyata bagaimana gotong royong dan inovasi berkelanjutan dapat mengubah nasib sebuah komunitas. Dari sebuah panggung bambu sederhana, kini lahir sebuah laboratorium hidup yang mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: