Melawan Kekerasan Terhadap Jurnalis Perempuan

Melawan Kekerasan Terhadap Jurnalis Perempuan

Seminar melawan kekerasan terhadap peremuan-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Namun, dalam tataran jurnalistik, jumlah jurnalis perempuan masih sangat sedikit untuk dapat memecahkan masalah kekerasan seksual.

Menurut catatan AJI, hanya ada dua perempuan di antara 10 jurnalis laki-laki.

Di sisi lain, masalah kekompakan jurnalis perempuan sekarang ini untuk secara bersama melawan kekerasan seksual masih belum mengemuka secara formal.

Padahal, kendala ini akan terus mengendap dalam diri jurnalis perempuan.

Tantangan yang dihadapi cukup berat, namun jurnalis perempuan berhak untuk beraktivitas di ruang publik tanpa rasa takut untuk dilecehkan secara fisik dan verbal.

Perempuan juga berhak berekspresi di dunia maya tanpa rasa takut dihina dan dilecehkan.

Body shaming adalah kekerasan

Menurut teori Pusat Kendali (locus of control, J.B. Porter, 1954) dalam Sarlito (2015), ada dua macam tipe manusia, yakni seseorang dengan Pusat Kendali Internal (PKI) dan Pusat Kendali Eksternal (PKE).

Seseorang dengan tipe PKI percaya bahwa dirinya sendirilah yang menentukan apa yang akan terjadi dengan dirinya, bahkan lingkungan di sekitarnya pun bisa dia kendalikan.

Sedangkan seseorang dengan tipe PKE, adalah sosok yang jika terjadi sesuatu pada dirinya, ia cenderung menyalahkan pihak lain, bukannya mengoreksi diri sendiri.

Jurnalis perempuan dengan tipe PKI harus berani bersikap melawan kekerasan seksual dengan cara lebih mandiri dan berprestasi.

Jurnalis perempuan jangan hanya menunggu-nunggu peraturan Dewan Pers atau pihak-pihak lain untuk melawan kekerasan seksual.

*) Dr. Artini adalah wartawan utama, peneliti media

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: