Arti Body Shaming dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental
Perlakuan body shaming bisa terjadi di mana saja, mulai dari keluarga, pergaulan, sekolah, tempat kerja, hingga rumah tangga.--
BENGKULUEKSPRESS.COM - Body shaming adalah perbuatan maupun perkataan yang negatif tentang penampilan seseorang, termasuk berat dan tinggi badan, warna dan kondisi kulit, atau bentuk wajah dan bagian tubuh lainnya. Body shaming bisa berupa gurauan, komentar, sindiran, atau bahkan pertanyaan.
Body shaming merupakan ejekan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kondisi fisik seseorang. Contoh ucapan yang termasuk Body shaming adalah ‘Duh, itu pipi apa bakpao?’ atau ‘Kok badannya tipis kayak papan sih? Di rumah nggak dikasih makan ya?’
BACA JUGA:Humblebrag! Perilaku Tukang Pamer yang Suka Merendah untuk Meroket
Bisa dibilang, body shaming termasuk tindakan bullying. Perbuatan ini bisa saja tidak disadari oleh pelakunya, karena orang yang diejek pun sering menutupi rasa tersinggungnya dengan candaan atau ikut tertawa. Namun, korban body shaming bisa mengalami krisis percaya diri atau bahkan depresi jika terus mendapatkan perlakuan seperti ini.
Body Shaming dalam Kehidupan Sehari-hari
Perlakuan body shaming bisa terjadi di mana saja, mulai dari keluarga, pergaulan, sekolah, tempat kerja, hingga rumah tangga. Bukan hanya dilakukan secara langsung, body shaming juga bisa dilakukan lewat media sosial dengan menyembunyikan identitas, bahkan ditujukan kepada orang yang tidak dikenal.
Pada banyak kondisi, misalnya waktu berkumpul dengan teman, juga di acara-acara komedi atau lawakan, mencela fisik orang lain dinilai wajar dan sekadar candaan, bahkan dianggap hal yang lucu. Akibatnya, banyak orang berpikir bahwa body shaming adalah cara yang lumrah untuk bercanda atau membuat lelucon.
BACA JUGA:Perlu atau Tidak Berteman dengan Mantan Setelah Putus Cinta?
Inilah sebabnya, kampanye menentang body shaming perlu dilakukan, dan memang sebenarnya sudah dilakukan cukup lama. Kampanye ini banyak disebarkan lewat media sosial, yang selain mampu menjangkau banyak orang, juga merupakan sarana yang sering digunakan untuk melakukan body shaming.
Tujuan kampanye menentang body shaming adalah membuat sebanyak mungkin orang menyadari bahwa kondisi fisik orang lain bukanlah hal yang pantas dijadikan lelucon. Kata-kata dan tindakan yang bersifat body shaming bisa sangat menyakiti perasaan dan menimbulkan dampak yang serius pada korbannya.
Kondisi yang Sering Menjadi Sasaran Body Shaming
Sasaran body shaming bisa bagian tubuh mana pun dan kondisi seperti apa pun. Bagian tubuh yang tidak menjadi perhatian dan kondisi yang sebenarnya bagus pun bisa saja dijadikan ejekan. Sasaran body shaming dapat berubah sesuai waktu dan tren, dapat berbeda di tiap daerah atau kelompok, dan biasanya juga tidak sama untuk pria dan wanita.
BACA JUGA:Dinas PUPR Kota Bengkulu Usulkan Anggaran Rp10 M untuk Bangun RTH di Kawasan Perumahan
Namun, ada beberapa kondisi yang memang umum dijadikan sasaran body shaming di hampir setiap waktu dan tempat, tanpa memandang jenis kelamin. Berikut ini adalah hal-hal yang umum diejek dalam body shaming, beserta penjelasan dan contohnya:
1. Berat badan
Banyak orang merasa insecure atau malu dengan berat badannya, baik karena terlalu gemuk maupun terlalu kurus. Nah, berkomentar negatif tentang berat tubuh seseorang, terutama di depan umum, sama saja dengan mempermalukan orang tersebut.
Body shaming tentang berat badan sering dilakukan secara sengaja sebagai bahan candaan, bahkan tidak jarang dipakai sebagai nama panggilan. Tindakan ini mungkin juga dilakukan tanpa sengaja dan tidak disadari ketika memberikan komentar tentang seseorang.
BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Raih Penghargaan UHC Awards Kategori Utama
Terkadang, mengomentari berat badan orang lain, khususnya orang yang dianggap dekat, sebenarnya didasari niat yang baik atau dilakukan untuk menunjukkan perhatian. Namun, hati-hati, karena hal ini justru bisa menyakiti perasaan. Contoh komentar tentang berat badan yang bersifat body shaming adalah ‘Kamu kayaknya makin gemuk deh. Lagi hamil ya?’ atau ‘Kamu kurus banget lho, kayak orang penyakitan. Makan yang banyak dong.’
2. Tinggi badan
Tinggi badan juga sering menjadi sasaran body shaming. Biasanya, body shaming ini terjadi di lingkungan sekolah, pada anak-anak yang badannya terlalu pendek atau terlalu tinggi jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Komentar body shaming tentang tinggi badan bisa berupa candaan yang ditujukan kepada sekelompok orang secara umum, misalnya ‘Yang pendek-pendek jangan main basket, mendingan main bekel aja,’ atau bisa juga jelas-jelas ditujukan kepada orang tertentu, seperti ‘Awas, ada tiang listrik lewat!’
Nama panggilan yang merujuk ke tinggi badan, seperti si Jangkung, si Kontet, si Bogel, atau si Bantet, juga termasuk body shaming lho. Ingat ya, jangan sembarangan memberi nama panggilan kepada orang lain, karena nama ini bisa melekat selamanya pada orang tersebut.
BACA JUGA:Identitas Korban Perempuan Laka Tunggal di Nusa Indah Terungkap, Ternyata Masih Bocah
3. Kulit
Hindarilah memberikan komentar negatif tentang kondisi atau warna kulit di luar lingkup pekerjaan, misalnya bukan untuk mendiagnosis kelainan kulit sebagai dokter, atau menentukan produk kosmetik dan jenis perawatan kulit sebagai ahli kecantikan. Pasalnya, hal ini termasuk topik yang sensitif.
Meskipun tidak bersifat rasis, komentar negatif tentang kondisi dan warna kulit bisa termasuk body shaming. Mengejek kulit dapat membuat orang merasa rendah diri, malu, tersinggung, atau bahkan sakit hati. Dampak body shaming tentang kulit lebih kuat dirasakan oleh wanita. Namun, bukan berarti pria tidak terpengaruh ejekan ini lho, walaupun memang umumnya pria terkesan lebih cuek terhadap komentar tentang kulitnya.
Beberapa contoh komentar tentang kulit yang termasuk body shaming adalah ‘Kayaknya jerawatmu nggak bisa ditutup dengan make-up aja deh, harus pakai campuran semen putih juga.’ atau ’Kulitmu hitam sih, sama kayak rambut, jadi dari jauh nggak kelihatan kamu menghadapnya ke mana.’
BACA JUGA:Identitas Korban Perempuan Laka Tunggal di Nusa Indah Terungkap, Ternyata Masih Bocah
4. Rambut
Sejak zaman dahulu, rambut disebut sebagai mahkota bagi wanita, tetapi sebenarnya rambut juga merupakan salah satu kebanggaan pria, apalagi sejak masuk usia paruh baya. Rambut yang dinilai bagus menurut standar masyarakat kita adalah rambut yang hitam berkilau, lebat, lurus, dan lembut.
Sebaliknya, rambut yang warnanya kuning kusam kecoklatan, tipis dan jarang, keriting, atau kaku sering menjadi sasaran body shaming. Selain itu, body shaming juga sering dialami oleh orang yang mengalami kebotakan dini atau beruban di usia yang masih muda. Body shaming tentang rambut biasanya berupa candaan atau nama panggilan, seperti ‘Itu rambut atau sikat karpet sih?’ atau ‘Buset, si Keriting jam segini baru dateng. Habis setrika rambut dulu?’
5. Wajah
Menghina bentuk wajah dan bagian-bagian wajah, seperti hidung, bibir, dan mata, juga merupakan body shaming yang umum dilakukan. Meskipun standar penilaian bentuk wajah dan bagian wajah bisa berubah-ubah sesuai tren, ada kondisi tertentu yang hampir selalu dijadikan ejekan, misalnya pipi tembam, gigi tonggos, dan hidung pesek.
BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Raih Penghargaan UHC Awards Kategori Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: