Ideologi Kepemimpinan dan Nalar Pembangunan

Ideologi Kepemimpinan dan Nalar Pembangunan

Dempo Xler-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Oleh: Dempo XLer

Hak utama masyarakat dalam memilih pemimpin adalah memastikan ideologi pemimpinnya berpihak kepada kepentingan masyarakat umum.

Hal ini merupakan tanggungjawab yang pundamental karena pemimpin merupakan harapan besar masyarakat yang telah memilihnya untuk merubah kesejahteraan hidup secara merata.

Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat, angka kemiskinan, kurangnya pendidikan dan rendahnya nilai ekonomi masyarakat, masih menjadi masalah utama dalam relasi kuasa kepemimpinan.

Hal tersebut, masih belum mampu mengubah wajah dan kebutuhan masyarakat, di tambah tingkat operasionalisasi pemerintah yang masih belum efektif. Sehingga sampai dengan hari ini, permasalahan tersebut menjadi topik hangat yang selalu dibicarakan.

BACA JUGA:5 Komisioner KPU Provinsi Bengkulu Dilantik, Rusman Sudarsono Jabat Ketua

BACA JUGA:Target Partai Gerinda Menang Pemilu, Suharto Siap Rebut Kursi Ketua DPRD Provinsi Bengkulu

Sebagai pemimpin, sudah seharusnya memiliki idiologi kuat yang harus dilaksanakan pada era kepemimpinannya.

Hal ini bertujuan agar masyarakat yang dipimpinnya dapat merasakan keberpihakan dan mendapatkan manfaat secara luas dari pemimpin yang menjadi sandarannya, yang pada gilirannya akan membawa pada kepercayaan, tujuan kesejahteraan masyarakat dan percepatan kemajuan yang berkelanjutan. 

Sebagai sebuah negara yang latar kehidupan masyarakatnya berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan mengedepankan Keadilan Sosial Nagi Seluruh Rakyat Indonesia, seorang pemimpin sangat perlu menguatkan kedua hal ini sebagai idiologi yang kokoh dan menjadikannya sebagai project pembangunan utama di dalam masyarakat. Tentu saja hal ini untuk mengembangkan suasana demokratis secara serentak agar tercipta "Intrinsic Motivation" yakni terciptanya dorongan dan semangat yang muncul dari masing-masing pribadi untuk menciptakan kultur saling memiliki kemandirian, kebersamaan dan kekeluargaan antara pemerintah dan masyarakat secara luas.

Penguatan idiologi ke-Tuhanan terhadap pemimpin ini bermaksud, "Agar terdapat diantara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran, 3: 104).

BACA JUGA:Ditanya Pilgub Bengkulu 2024, Ini Jawaban Rohidin Mersyah dan Helmi Hasan

Karena itu, menjadi pemimpin itu adalah amanah. Amanah dalam tatanan bahasa dipahami sebagai "Sesuatu yang dipercayakan", baik perorangan ataupun publik. Dalam amanah kekuasaan publik, pemberi kepercayaan terhadap kekuasaan adalah orang banyak. Karena itu, pemimpin akan bertanggungjawab kepada mereka dan kepada Allah nantinya.

Isyarat ini, termuat dalam hadist yang menyatakan, "Sesungguhnya jabatan itu suatu amanah dan jabatan itu pada hari kiamat merupakan penyesalan. Kecuali, bagi orang yang meraihnya dengan cara yang benar dan menunaikannya dengan cara yang benar pula" (HR. Muslim).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: