Bengkulu Memasuki Musim Kemarau, Diawali Mukomuko
sawah kekeringan akibat musim kemarau --
BENGKULUEKSPRESS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Bengkulu, memasuki musim kemarau pada Mei 2023 ini. Kabupaten Mukomuko menjadi daerah lebih dulu mengalami kemarau dibandingkan wilayah lain di Provinsi Bengkulu.
Oleh sebab itu, seluruh pihak diminta lebih siap untuk menghadapi kemungkinan serta dampak yang ditimbulkan oleh musim kemarau tersebut.
Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi I Bengkulu Anang Anwar memprediksi, wilayah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, memasuki musim kemarau pada Mei 2023 ini atau lebih awal dari wilayah lain di sekitarnya.
“Kami memperkirakan musim kemarau di Bengkulu, dimulai di Kabupaten Mukomuko dan kemudian berlanjut ke wilayah lainnya di Bengkulu pada Juli 2023 mendatang,” kata Anang, kepada BE, Selasa (2/5).
BACA JUGA:Ulama Sufi Kharismatik Asal Bengkulu Tutup Usia
BACA JUGA:Ini Biodata dan Riwayat Lengkap Mantan Gubernur Bengkulu Razie Yahya
Menurut Anang, prakiraan awal musim kemarau di Bengkulu umumnya terjadi di bulan Juni. Dengan puncak musim kemarau jatuh pada bulan Juli, kecuali di wilayah Mukomuko yang akan mengalami awal musim kemarau pada Mei ini.
Anang menambahkan, musim kemarau di daerah lain di Provinsi Bengkulu diperkirakan berlangsung mulai dari Juli dan mencapai puncaknya pada Agustus 2023.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau seluruh masyarakat, lembaga pemerintah, dan institusi terkait agar lebih siap untuk menghadapi kemungkinan, serta dampak yang ditimbulkan oleh musim kemarau.
“Kami minta semua pihak lebih siap menghadapi musim kemarau yang akan segera melanda Bengkulu,” tuturnya.
BACA JUGA:Ini Gubernur Bengkulu Mulai Pertama Terbentuk Provinsi Tahun 1968 Sampai Sekarang
Ia menjelaskan, wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya) diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologi, kebakaran hutan serta lahan hingga kekurangan air bersih.
Untuk itu, pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan dapat mengoptimalkan penyimpanan air pada akhir musim hujan untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan melalui gerakan memanen air hujan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: