Bukan Dongeng! Buku 'The History of Sumatra' Bukti Sejarah Keberadaan Manusia Harimau

Bukan Dongeng! Buku 'The History of Sumatra' Bukti Sejarah Keberadaan Manusia Harimau

Temuan awal berupa dokumen yang berisi penjelasan tentang sosok ghaib ini bisa kita temukan dalam buku berjudul The History of Sumatra-Istimewa-Bengkulu Ekspress

BENGKULUEKSPRESS.COM - Tujuh manusia harimau dikenal dari siaran sinema elektronik (sinetron) di salah satu stasiun televisi swasta. yang terinspirasi dari karya sastra tulisan Motinggo Busje yang berjudul '7 manusia harimau'. 

Ternyata, sejarah 7 manusia harimau beneran ada dan nyata, dan bukan dongeng semata. Beberapa hal tentang manusia harimau yang menjadikannya sosok ghaib yang terus eksis hingga saat ini. Bahkan, hutan yang dipercaya masyarakat setempat sebagai asal manusia harimau pun sudah dijadikan sebagai hutan lindung.

BACA JUGA:Mak Lampir, Putri Kerajaan Champa yang Menderita karena Cinta!

Manusia harimau dikenal sebagai sosok gaib yang dekat dan akrab dengan kehidupan masyarakat adat di Bengkulu. Bahkan, Motinggo Busye pun mendapatkan inspirasi untuk menuliskan novel ini dari legenda Bukit Sarang Macam yang terletak di Desa Ladang Palembang, Kabupaten Lebong, Bengkulu.

Dalam bahasa masyarakat Bengkulu, bahasa Rejang, Bukit Sarang Macan disebut dengan Tebo Sa'ang Imau. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Tebo Sa'ang kurang lebih bermakna harimau jelmaan. Selain itu juga bisa dimaknai sebagai tempat pertemuan reinkarnasi leluhur.

Dokumen Sejarah

Temuan awal berupa dokumen yang berisi penjelasan tentang sosok ghaib ini bisa kita temukan dalam buku berjudul 'The History of Sumatra'. Buku tersebut ditulis oleh William Marsden saat menjabat sebagai Sekretaris Guberneur East India Company (EIC) cabang Bengkulu dan diterbitkan tahun 1784.

Dalam buku tersebut, Marsden menceritakan dirinya mendapat cerita dari masyarakat adat setempat terkait keberadaan makhluk gaib yang sering menjelma sebagai hewan harimau. Bahkan, Marsden pun mendapatkan lokasi di mana harimau gaib tersebut memiliki istana lengkap dengan masyarakat dan tata pemerintahan.

BACA JUGA:Wanita Bahu Laweyan Si Pembawa Sial!

"Tidak ada satupun warga yang berani menangkap atau bahkan membunuh harimau. Jika melakukannya, hal itu dianggap sama artinya dengan membunuh leluhur sendiri. Sedangkan hukum dari membunuh tentunya akan dibunuh," tulis Marsden dalam buku tersebut.

Nggak melulu bersifat gaib dan mistis, legenda juga bisa bermanfaat untuk mengontrol masyarakat dari tindakan yang merusak alam. Hal itu bisa kita buktikan dari sejarah 7 manusia harimau.

Salah satu yang bisa kita jadikan contoh adalah saat pemerintah setempat memutuskan untuk menjadikan Bukit Sarang Macan sebagai hutan larangan atau juga disebut dengan hutan lindung desa. Selama proses penetapan status, pemerintah berkoordinasi dengan warga dan pemimpin adat setempat untuk memetakan dan memasan patok batas kawasan hutan.

BACA JUGA:Ini Dia Nomor Hoki untuk Toko atau Kantor-mu!

Pelibatan unsur adat dalam penerapan keputusan pemerintah ini tentunya demi menyelaraskan antara hukum adat dengan hukum pemerintah. Dan melihat pentingnya Bukit Sarang Macan bagi masyarakat, akhirnya pemerintah menuangkan keputusan terkait status hutan dalam Peraturan Desa Nomor II Tentang Hutan Lindung Desa dan Hutan Adat Desa pada tanggal 30 September 2003. Keberadaan manusia harimau sangat penting bagi masyarakat setempat. Bisa menjadi kontrol masyarakat untuk merawat alam dan juga kontrol dalam kehidupan bermasyarakat. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: