Usaha Rumahan Gelamai dan Lepat Binti Bengkulu Tembus Pasar Luar Negeri

Usaha Rumahan Gelamai dan Lepat Binti Bengkulu Tembus Pasar Luar Negeri

Ida Rahayu pemilik usaha rumahan gelamai dan lepat binti.-(foto: nur meissuary/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Makanan khas Provinsi Bengkulu yaitu gelamai dan lepat binti produksi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sudah menembus pasar ekspor ke Malaysia dan Singapura.

Tidak hanya akses permodalan, tapi juga pemberdayaan yang berkelanjutan menjadi langkah penting.

UMKM skala rumahan milik ibu rumah tangga, Ida Rahayu (34), warga Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, yang membuat makanan khas Bengkulu berupa lepat binti dan gelamai yang rintisnya sejak 2018 lalu dapat menembus pasar luar negeri.

Usaha makanan khas Bengkulu ini awalnya bermodalkan uang sebesar Rp250 ribu, ia mengaku awalnya produknya kurang diminati masyarakat.

BACA JUGA:Tsk Pencurian Uang Pacar di Bengkulu Ternyata Terlibat Kasus Pencabulan

Kemudian berjualan lepek binti dan gelamai atau dodolnya khas Bengkulu di kawasan Pasar Panorama selama dua minggu, Ida meraup keuntungan hingga 3 juta.

"Saat itu jualan saya di Pasar Minggu tidak laku, sehingga saya memilih untuk pindah jualan ke Pasar Panorama dan ternyata laku keras," ungkap Ida, Jum’at (4/11/2022).

Mulai saat itulah usaha makanan khas Bengkulu yang digelutinya semakin tinggi permintaannya, bahkan bukan hanya masyarakat Bengkulu tetapi juga masyarakat luar wilayah Bengkulu, bahkan sampai ke luar negeri.

Saat ini Ida mampu memproduksi lepat binti dan gelamai, sebanyak 5 Kg dengan masing-masing 500 buah setiap harinya dan selalu habis.

Bahkan keuntungan bersih yang dihasilkan sehari bisa mencapai 350 ribu dengan modal Rp1 juta dan untuk pemasaran gelamai dan lepat binti, saat ini dirinya tetap menjual langsung ke pasar.

Sedangkan untuk memproduksi lepat binti dan gelamai yang akan di ekspor ke Malaysia dan Singapura, Ida memproduksi sebanyak 10 hingga 20 kilogram dalam sekali produksi.

Ditengah meningkatnya permintaan, dirinya sempat kesulitan memenuhinya karena kekurangan modal untuk memproduksi dalam jumlah besar.

Ida mengatakan dia sempat, untuk meminjam pinjaman usaha modal di bank akan tetapi harus memiliki agunan, sedangkan dirinya tidak memiliki agunan atau barang sebagai jaminan, sehingga ia mengurungkan niatnya tersebut.

Di tengah kesulitan tersebut, Ida dikenalkan rekannya yang membuka usaha kecil pada program pembiayaan produktif dari BTPN Syariah khusus untuk perempuan penggerak bisnis ultra mikro tanpa agunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: