Petani Sawit Enggan Replanting

Petani Sawit Enggan Replanting

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Meskipun pemerintah sudah mulai menjalankan program replanting (peremajaan) perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu, hingga saat ini beberapa petani masih tetap bertahan dengan perkebunan sawitnya yang sudah uzur atau tidak produktif lagi. Hal ini disebabkan ketakutan para petani, jika kebun mereka direplanting maka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak akan cukup, mengingat sawit sudah dijadikan sandaran hidup.

\"Kalau perkebunan direplanting, maka harus menunggu sekitar 4-5 tahun lagi baru sawit mulai berbuah, jadi selama tiga tahun kami mau makan apa,\" ujar Petani Sawit di Bengkulu, Salihun (34), kemarin (4/11).

Ketakutkan para petani tersebut secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas kelapa sawit di Bengkulu. Lebih lagi rata-rata perkebunan sawit yang ingin direplanting sudah di atas 25 tahun. Tentu saja membuat perkebunan sawit tersebut tidak produktif, karena jika biasanya mampu menghasilkan 2-3 ton dalam satu hektare, dengan kondisi pohon yang semakin tua maka hanya mampu menghasilkan sekitar 500 Kg dalam satu hektar.

\"Memang semakin lama pohon sawit ini buahnya semakin sedikit, tetapi kami tidak bisa hidup tanpa kebun ini, pemerintah harus cari solusi agar replanting bisa berjalan dan petani bisa makan,\" tutur Salihun.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Bengkulu, A Jakfar meminta agar program replanting dapat berjalan dengan baik dan petani bisa tetap memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari diperlukan program yang membangun seperti budidaya cabai. Dengan adanya budidaya cabai, petani yang tadinya takut tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup lantaran sawitnya masih proses replanting, dapat menghasilkan uang dari budidaya tanaman cabai tadi.

\"Ini solusi terbaik, karena dibeberapa daerah juga ada yang menolak replanting, tapi Pemerintahnya memberikan solusi seperti itu, agar petaninya tetap makmur,\" terang Jakfar.

Dengan adanya budidaya cabai, petani bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Apalagi saat ini harga cabai dipasar juga masih sangat tinggi. Selain itu, cabai merupakan komoditas penting bagi masyarakat, sehingga selalu dibutuhkan.

\"Cabai itu selalu dibutuhkan masyarakat, sehingga petani bisa mencoba membudidayakannya, sembari menunggu sawit berbuah kembali,\" tutupnya.

Hal tersebut dikuatkan Kepala BPS Provisi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA. Ia mengaku, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh BPS pada Oktober 2018 lalu. Komoditas cabai ikut andil dalam menyumbangkan inflasi di Bengkulu, dengan andil inflasi sebesar 0,143 persen. Hal ini menunjukkan bahwa cabai selalu dibutuhkan masyarakat.\"Cabai itu seperti komoditas beras bagi masyarakat, jadi selalu dibutuhkan,\" tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengaku, pihaknya sudah menyarankan para petani di Bengkulu untuk menanam cabai. Bahkan sudah banyak kegiatan penanaman cabai yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bengkulu.

\"Kita sudah sarankan ke Petani sawit yang ingin replanting juga bisa menanam cabai, selain itu kepada petani yang sawitnya masih produktif jangan langsung ditebang, tetapi tetap dipanen tetapi sawit yang baru ditanam disampingnya,\" terang Ricky.

Menurutnya, program replanting tidak serta merta memusnakan seluruh perkebunan sawit, tetapi hanya sawit yang tidak produktif yang dimusnakan dan kebun sawit yang masih berproduksi dan tetap bisa dipanen. Sementara itu, bagi sawit yang tidak prudktif lagi, maka harus ditebang dan digantikan dengan tanaman baru.

\"Ini program yang baik, petani harus dimanfaatkan karena petani juga yang diuntungkan karena dapat bantuan Rp 25 juta per hektar dari program ini,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: