Medsos Penyebab Paham Radikalisme

Medsos Penyebab Paham Radikalisme

BENGKULU, BE - Hasil survei International NGO Forum An Indonesian Development (INFID), potensi intoleransi yang berujung pada tindakan radikalisme dan ekstrimisme lebih rentan terjadi pada generasi muda. Hal ini dipengaruhi atas peyebaran informasi melalui media sosial (medsos), baik facebook, twitter dan media medsos lainnya.

\"Pengaruh pahal radikalisme anak mudah bisa melalui media sosial facebook, twitter. Dimana keberadaan smartphone saat ini, generasi mudah sangat mudah berinteraksi dengan media sosial,\" terang Peneliti INFID, Isfahani alias Ifan dalam diskusi publik di Aula Bapelkes Provinsi Bengkulu, kemarin.

Mudahnya pengaruh paham radikalisme itu, lanjut Ifan lantaran banyak generasi muda tidak memahami paham radikalisme dan ekstrimisme. Sehingga informasi yang didapatkan langsung dipaham secara mentah tanpa harus disaring terlebih dahulu.

\"Dalam hasil survey kita telah terbukti, generasi muda mulai dari pelajar hingga mahasiswa banyak yang tidak tahu menyangkut radikalisme dan ekstrimisme,\" ungkapnya.

Dari responden yang berjumlah 1.200 orang dengan komposisi jenis kelamin 50 persen perempuan dan 50 persen laki-laki itu, Generasi muda sebagai pengguna media sosial, lebih intens mengupdate status dan membaca status pengguna akun lainnya.

\"Mereka ini bukan untuk mencari sumber ilmu pengetahuan yang memiliki kaitan dengan bidang pendidikannya masing-masing. Ironisnya disaat membaca hal yang mengarah pada radikalisme, generasi muda ini tidak menyaring terlebih dahulu,\" ujar Ifan.

Survey itu sendiri dilakukan di 6 Kota Besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak dan Makasar. Masing-masing hampir sama kasus paham radikalisme banyak mempengaruhi generasi muda.

\"Generasi muda Bengkulu harus mampu menghindari paham radikalisme ini,\" tambahnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Ifan menegaskan saat ini belum ada solusi yang tepat. Namun peran orang tua memiliki sangat mempengaruhi untuk melakukan pencegahan dalam mendidik anak. Sehingga mampu menghindari paham radikalisme tersebut.

\"Bekali ilmu agama dari para orang tuanya, guru ngajinya, baru sekolahnya. Serta pendampingan dan pengawasan harus terus dilakukan,\" pungkas Ifan. (151)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: