Kepsek Beralasan Lokasi Rawan Gempa
BENTENG, BE - Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 5, Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) yang terletak di Desa Padang Betuah Kecamatan Pondok Kelapa, Suprayitno, MPd, akhirnya angkat bicara terkait polemik pembangunan gedung perpustakaan di sekolah yang dipimpinnya tersebut. Kepada Bengkulu Ekspress (BE), Suprayitno mengambil kebijakan dalam mengubah sendiri pemasangan tebeng layar, dari harus dipasang tembok beton dan digantikan dengan seng. Hal itu, dilakukan karena sekolahnya terletak didaerah rawan gempa bumi. \"Saya yang mengambil kebijakan akan di tebeng layar tidak dipasang beton, melainkan seng karena takut gempa,\" akunya. Menurut Suprayitno, jika ada gempa datang maka sangat rawan tertimpa kepada siswa yang tengah belajar didalam ruangan tersebut. Apalagi, Kecamatan Pondok Kelapa ini merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi tersebut. Selain itu, dalam aturan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) tidak diatur apakah harus mengunakan beton atau seng. \"Atas koordinasi ke Kemendikbud, persoalan pemasangan tebeng layar boleh diganti kok,\" terangnya. Kepsek menjelaskan, sumber anggaran itu berasal Bantuan Sosial (Bansos) Kemendikbud RI tahun anggaran 2014 dan bukan berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Atau, dengan kata lain, sumber anggaran itu block grand. Sehingga, laporan pertangung -jawaban pengeluaran pembangunan gedung Perpustakaan itu, bukan kepada Dinas Dikbud Benteng atau Provinsi Bengkulu. \"Laporan realisasi anggaran, saya langsung ke Kemendikbud RI, karena sumber anggaran dari Bansos,\" bebernya. Suprayitno membantah jika proyek Perpus itu dilakukan pihak ketiga atau diborongkan. Melainkan, dilakukan dengan sistem upah harian tukang yang berasal dari luar daerah. Sebab, warga sekitar tidak bisa membangun gedung tersebut. Sehingga, diganti dengan tukang lain. Sebab, dikhawatirkan jika pembangunan tidak selesai tepat waktu. \"Tukang disekitar sekolah tidak ada yang bisa bangun gedung ini, maka kita cari tukang dari luar,\" elaknya. Begitu juga dengan kayu, sambung kepsek, sudah dilakukan dengan kayu kelas dua, atau jenis bawang atau meranti. Namun, bukan kayu durian. Namun, pihaknya mengaku tidak ada yang mengunakan kayu bekas. Apalagi, untuk kayu kusen tersebut. \" Kalau kayu, kita pakai kelas dua atau jenis meranti semuanya,\" tutupnya. (111)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: