Pembatasan Solar Resahkan Nelayan
BENGKULU, BE - Sejumlah nelayan di Kota Bengkulu mengaku resah dengan adanya kebijakan Pertamina mengurangi jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar untuk mereka sebesar 20 persen. Para nelayan beralasan, kebijakan Pertamina tersebut membuat biaya produksi mereka untuk melaut semakin meningkat. \"Kapal kami semua pakai solar. Kalau subsidinya dicabut atau jatahnya dikurangi, otomatis biaya kami untuk melaut ikut naik. Makanya kami minta pemerintah meninjau ulang kebijakan ini. Karena kami lah yang paling sengsara,\" kata Safarudin, salah seorang nelayan tradisional di Tapak Paderi Kelurahan Malabero kepada BE, kemarin. Safarudin juga mengesalkan adanya pembatasan pembelian solar di solar packed dealer untuk nelayan (SPDN) yang terletak di Kelurahan Pondok Besi. Padahal menurut dia, stok solar di kawasan ini selama ini sudah seringkali kosong. \"Setiap hari kami butuh 40 liter solar untuk sekali melaut. Kalau naik sedikit sebenarnya tidak masalah juga asal stoknya ada. Ini stoknya sudah jarang, sekarang malah dibatasi. Pemerintah tidak peduli dengan nasib kami,\" paparnya. Senada disampaikan Hermawan, salahsatu nelayan tradisional di Pantai Bajak. Ia meminta agar pemerintah dapat mengkaji ulang kebijakan tersebut. Ia mengeluh hasil laut saat ini sudah jauh sangat berkurang dari masa-masa sebelumnya. \"Hasil tangkapan kami cenderung menurun selama setahun terakhir. Seringkali karena hujan badai kami jarang melaut. Sebagian nelayan malah sudah ada yang alih profesi. Kalau semakin terhimpit, bisa jadi banyak yang berhenti melaut,\" demikian Hermawan. Sementara itu, Kabag Humas Setda Kota, Dr H Salahuddin Yahya MSi, mengutarakan, pemerintah daerah hanya bisa berkoordinasi dengan pertamina untuk mengatasi kelangkaan solar bagi nelayan. Sementara kebijakan pembatasan subsidi sendiri menjadi kewenangan dari pemerintah pusat. (009)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: