HONDA BANNER
BPBDBANNER

Rasmawati, Perempuan Tangguh di Balik Renyahnya Emping Melinjo Bengkulu

Rasmawati, Perempuan Tangguh di Balik Renyahnya Emping Melinjo Bengkulu

Perempuan Tangguh di Balik Renyahnya Emping Melinjo Bengkulu-foto: Annisa-

BENGKULUEKSPRESS.COM  – Di balik gurih dan renyahnya emping melinjo khas Bengkulu, tersimpan kisah perjuangan seorang perempuan tangguh bernama Rasmawati (53). Selama hampir 15 tahun, ibu rumah tangga asal Kelurahan Anggut Bawah ini setia mengolah emping secara tradisional. Bagi Rasmawati, usaha tersebut bukan hanya menjadi sumber nafkah keluarga, tetapi juga penggerak ekonomi bagi warga sekitar.

Perjalanan usaha Rasmawati bermula dari pengalamannya bekerja di pabrik emping. Dari situlah ia belajar cara mengetok melinjo hingga menjadi emping yang siap digoreng. Berbekal tekad kuat, ia kemudian memutuskan untuk mandiri dengan membeli sendiri peralatan sederhana, mulai dari batu penumbuk hingga peralatan masak.

“Usaha ini dari gadis sudah saya jalani. Alhamdulillah sampai sekarang masih terus berjalan,” tutur Rasmawati, Jumat (12/9/2025).

Kini, usahanya berkembang menjadi usaha keluarga yang melibatkan tujuh orang pekerja. Emping yang dihasilkannya bukan sekadar makanan ringan, melainkan sumber kehidupan.

“Alhamdulillah, usaha ini sangat berpengaruh untuk kehidupan kami. Sedikit demi sedikit bisa mencukupi kebutuhan belanja dan membantu keluarga,” tambahnya.

BACA JUGA:Moment Peringati Maulid Nabi, Walikota Serahkan Bantuan ke Warga Kurang Mampu

BACA JUGA:Sambangi Sanggar Salsabila, Destita Dorong Pelestarian Budaya di Kalangan Anak Muda Bengkulu

Namun, perjalanan panjang itu tidak selalu mulus. Tantangan terbesar datang dari proses produksi yang membutuhkan ketelatenan agar emping tetap renyah. Selain itu, pasokan bahan baku juga kerap menjadi kendala. Melinjo sebagai bahan utama biasanya didatangkan dari Pulau Enggano. Ketika distribusi terganggu, produksi pun ikut terhenti.

“Waktu Enggano kemarin tidak bisa masuk ke Bengkulu, usaha sempat berhenti. Tapi sekarang alhamdulillah sudah ada pasokan dari Bengkulu Utara,” ujarnya.

Meski demikian, emping buatan Rasmawati mendapat sambutan positif dari masyarakat. Banyak warga, terutama ibu rumah tangga, ikut membantu proses produksi di waktu luang.

“Kalau melinjo lama tidak diketok bisa busuk, jadi memang butuh banyak yang membantu,” jelasnya.

Dalam sehari, produksi emping bisa mencapai 1.000 keping jika tenaga kerja mencukupi. Emping dijual dengan harga Rp4.000 per ikat isi sepuluh keping. Seluruh proses produksi masih dilakukan secara manual, menjaga cita rasa khas yang sudah turun-temurun.

Rasmawati pun menyimpan harapan besar agar usahanya terus berkembang. Kisah Rasmawati membuktikan bahwa di balik setiap keping emping renyah, ada keteguhan seorang perempuan Bengkulu yang percaya bahwa kerja keras dan kebersamaan mampu menjaga tradisi sekaligus menggerakkan roda ekonomi keluarga dan masyarakat.

“Kalau bisa ada bantuan pinjaman modal, supaya bisa stok bahan baku. Karena melamar kerja susah, jadi usaha ini semoga bisa jadi jalan rezeki bagi banyak orang,” ungkapnya penuh harap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: