Tips Cara Mengenali Anak Sensitif dan Membantunya Mengelola Emosi

Anak yang terlalu sensitif cenderung mudah terpengaruh oleh situasi di lingkungannya, termasuk di sekolah maupun di rumah. --
BENGKULUEKSPRESS.COM - Cara mengenali anak sensitif dapat diketahui dari aktivitas sehari-harinya. Ayah dan Bunda dapat memperhatikan respon Si Kecil saat mendengar candaan dari orang lain untuk dirinya, atau saat keinginannya tidak terpenuhi.
anak sensitif didefinisikan sebagai anak yang terlahir dengan sistem saraf yang lebih waspada dan cepat bereaksi terhadap hal yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, anak yang memiliki kondisi ini tidak hanya sensitif pada tindakan atau kata-kata orang lain, tetapi juga pada bau, suara, cahaya, bahkan mood orang di sekitar dan emosi orang tuanya.
BACA JUGA:5 Cara Ampuh Menghentikan Procrastination agar Lebih Produktif dalam Bekerja
Kelebihan dan Kekurangan Anak Sensitif
Menjadi orang tua dari anak yang terlalu sensitif memang menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, anak sensitif biasanya akan merasa kewalahan dengan keadaan tertentu, misalnya saat ia melihat orang lain tertekan, berada dalam situasi yang baru, mengalami perubahan secara tiba-tiba, maupun berada di keramaian.
Selain itu, anak sensitif terkadang juga ragu untuk mencoba hal baru dan kesulitan menghadapi rasa stres atau frustasi. Apalagi jika ia dicap sebagai anak pemarah, cengeng, atau anak pemalu. Hal ini bisa membuat dirinya sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.
Namun, dibalik kekurangannya, anak sensitif juga memiliki kelebihan yang istimewa. Ia cenderung lebih perhatian, penyayang, lembut, dan lebih mudah berempati. Misalnya, anak yang sensitif akan membela temannya yang mengalami perundungan (bullying), karena ia bisa merasakan apa yang dirasakan temannya tersebut.
BACA JUGA:Hati-hati! 7 Kebiasaan Ini Bisa Mengganggu Kesehatan Otak
Selain itu, anak sensitif cenderung lebih kreatif dan memiliki pemikiran yang dalam. Jika diarahkan dengan tepat, anak sensitif dapat menuangkan emosinya untuk berkreasi, seperti dalam gambar, musik, atau karya lain. Karakter ini nyatanya banyak dimiliki oleh para seniman dan ilmuwan lho, Bun.
Tips Mendampingi Anak Sensitif
Pola asuh orang tua, terutama di usia dini akan menentukan apakah sifat sensitif ini akan menjadi sesuatu yang meresahkan atau justru menjadi sebuah kelebihan bagi anak. Ayah dan Bunda disarankan untuk mendampinginya dengan tepat agar nanti ia mampu mengelola emosinya dengan baik dan positif. Berikut ini adalah beberapa panduan bagi orang tua yang memiliki anak sensitif:
1. Terima sifat sensitif anak sebagai sesuatu yang positif
Sifat Si Kecil yang terlalu sensitif umumnya tidak dapat diubah. Namun, orang tua bisa mengelola sifat sensitif itu menjadi nilai lebih. Jadi, langkah pertama yang bisa Ayah dan Bunda lakukan adalah menerima sifat sensitif Si Kecil, baru kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang positif.
BACA JUGA:Humblebrag: Perilaku Merendah untuk Meroket
2. Disiplinkan anak dengan lembut
Mendisiplinkan anak sensitif dengan keras justru akan membuatnya makin tertekan dan berisiko menimbulkan ledakan emosi di satu waktu, termasuk tantrum. Dalam hal ini, bukan berarti anak sensitif tidak boleh didisiplinkan, ya. Hanya saja, Ayah dan Bunda harus tahu cara mengajarkan disiplin dengan tepat.
Salah satu caranya adalah menggunakan kalimat yang lembut saat menasihatinya. Misalnya, “Nontonnya 5 menit lagi ya. Sesuai janji, kita tidur jam 9 malam.” Perkataan ini akan lebih baik dan diterima oleh Si Kecil daripada tiba-tiba mematikan TV dan menyuruhnya tidur saat itu juga.
3. Ajarkan anak untuk mengelola emosi
Saat Si Kecil menangis, menyuruhnya untuk berhenti menangis justru akan membuat tangisnya makin kencang. Oleh karena itu, ajarkan ia untuk menenangkan diri dengan cara lain, misalnya dengan melakukan latihan pernapasan dan mengalihkan perhatian dengan berhitung angka 1–10.
BACA JUGA:Deretan Olahraga 5 Menit yang Bisa Dilakukan Saat Sibuk
4. Minta anak menceritakan alasan tindakannya
Jika Si Kecil sudah bisa menceritakan pengalamannya, ajak ia untuk bercerita tentang alasan mengapaia menangis. Setelah itu, tanyakan apa yang dapat dilakukan bersama untuk membuatnya merasa senang. Ayah dan Bunda juga dapat melontarkan ide, seperti mengajak temannya untuk bermain di rumah, menggambar, atau bermain di taman.
5. Ubah momen buruk menjadi positif
Jika Si Kecil menangis karena diejek, Ayah dan Bunda dapat mengubah momen ini menjadi waktu untuk berdialog. Ajak ia untuk memahami bahwa tidak apa-apa untuk berbeda, dan bahwa ia tidak perlu terlalu mendengarkan perkataan buruk orang lain. Mungkin Si Kecil tidak akan langsung memahami, tetapi seiring waktu, kata-kata orang tuanya akan ia ingat dan membentuk kepercayaan dirinya.
6. Berikan waktu menyendiri
Anak yang terlalu sensitif cenderung mudah terpengaruh oleh situasi di lingkungannya, termasuk di sekolah maupun di rumah. Biasanya, ia memerlukan sebuah tempat atau aktivitas khusus yang membuatnya tenang. Untuk itu, Ayah dan Bunda bisa ciptakan suasana tenang dan nyaman di tempat yang Si Kecil sukai. Bila perlu, letakkan buku bacaan, buku mewarnai, atau alat pemutar musik untuk membantu menenangkan perasaannya.
Selain hal-hal di atas, rasa sensitif juga dapat diperburuk oleh kondisi lain, seperti kurang tidur, pola makan tidak teratur, serta perubahan besar, seperti kelahiran adik baru atau pindah sekolah. Jika ini yang terjadi, Ayah dan Bunda dapat membantu Si Kecil untuk belajar beradaptasi.
Bila sikap sensitif Si Kecil tampak berlebihan hingga keseharian dan prestasinya terganggu, ada baiknya jika Ayah dan Bunda berkonsultasi dengan psikolog. Hal ini penting dilakukan supaya Si Kecil bisa mendapat arahan yang tepat, hingga akhirnya ia bisa memanfaatkan sifat sensitifnya menjadi sesuatu yang positif.(bee)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: