Menguatkan Toleransi Beragama di Desa Air Petai: Perspektif Hindu dalam Merajut Kebersamaan
Md. Amrita Viryandria-(ist)-
DESA Air Petai yang berada di wilayah Kecamatan Suka Raja, Kabupaten Seluma, merupakan salah satu desa moderasi beragama di Provinsi Bengkulu. Penduduk Desa Air Petai terdiri dari berbagai macam etnis, suku, ras dan agama, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan berasal dari Suku Bali, Jawa, Batak dan Serawai. Umat beragama Islam, Kristen, dan Hindu di Desa Air Petai ini dapat hidup berdampingan. Keberagaman ini bukan suatu penghalang untuk mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan harmonis. Karena setiap warga masyarakatnya meyakini bahwa konsep dasar setiap agama adalah untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan serta kedamaian bagi umatnya.
Namun, tak dapat dipungkiri salah satu konsekuensi yang dihadapi akibat beragamnya agama adalah potensi terjadinya konflik-konflik yang bersumber dari perbedaan tersebut. Paham intoleran dan sikap fanatisme dapat mengancam keharmonisan hidup beragama. Kesadaran memupuk rasa toleransi dirasa sangat perlu sebagai upaya preventif . (Budiani, 2022)
Konflik yang berlatar belakang agama adalah ancaman terbesar bagi kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat. Pemahaman moderasi beragama diharapkan dapat menciptakan serta merawat kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama.
Melalui Kementerian Agama, negara hadir dalam upaya internalisasi nilai-nilai agama di satu sisi serta upaya menghargai keragaman agama dan tafsir kebenaran agama di sisi lain. Internalisasi yang dimaksud agar agama mampu menjadi landasan spiritual, moral dan etika dalam kehidupan individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. sikap menghargai perbedaan faham dan amalan beragama ditujukan untuk mendorong kehidupan beragama yang moderat, demi terciptanya penguatan komitmen kebangsaan kita. (Junaedi, 2019).
BACA JUGA:PPBFGSI Buka Kesempatan Pemuda Buddhis Indonesia untuk Pendidikan Buddhisme Humanistik di 2025
BACA JUGA:Mahasiswa UINFAS Bengkulu Ikuti Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0 Mafindo Bengkulu
Desa Air Petai menghadapi banyak tantangan dalam menumbuhkan toleransi dan moderasi beragama karena desa yang beragam dari segi suku, agama, dan budaya. Di Desa Air Petai, penduduk mayoritas adalah pemeluk agama Islam, namun ada budaya dan aktifitas keagamaan selain agama Islam, seperti Hindu dan Kristen. Perbedaan keyakinan dan latar belakang budaya dapat menyebabkan terjadinya konflik di Desa Air Petai. Namun, masyarakatnya mampu saling memahami dan menghormati perbedaan melalui komunikasi yang efektif dan pemahaman terkait konsep moderasi beragama sesuai dengan sudut pandang masing-masing agama.
Harmonisasi antar umat Beragama di Desa Air Petai dalam Perspektif Hindu
Setiap agama memiliki cara dan pemahaman masing-masing bagaimana memahami perbedaan keyakinan. Berkaitan dengan upaya untuk menciptakan dan merawat harmonisasi antar umat beragama, moderasi beragama menjadi penting untuk dipahami dan diimplementasikan guna mendorong umat beragama lebih bijak dalam berpikir, berkata dan bertindak di tengah keberagaman. Umat Hindu khususnya di Desa Air Petai telah memahami dan mempraktikkan moderasi beragama melalui berbagai cara guna mewujudkan harmonisasi kehidupan. Hal ini relevan dengan tujuan agama Hindu yaitu Mokshartam dan Jagadhita. (Adisastra, 2022).
Beberapa konsep dalam ajaran agama Hindu berkaitan dengan konsep dan praktik moderasi beragama antara lain:
Yang pertama adalah "Vasudhaiva Kutumbakam" yang merupakan sebuah konsep dalam filsafat dan ajaran Hindu yang berarti "Dunia adalah satu keluarga", pandangan bahwa seluruh umat manusia, terlepas dari perbedaan ras, agama, atau budaya, adalah bagian dari satu kesatuan.
Konsep Vasudhaiva Kutumbakam penting untuk diimplementasikan. Hal ini memberikan pemahaman kepada seluruh individu untuk memahami bahwa seluruh makhluk adalah keluarga. Maka layaknya keluarga maupun saudara harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. (Adnyana, 2023)
Vasudhaiva Kutumbakam mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dalam keyakinan dan budaya. Ini menciptakan sikap toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. "Vasudhaiva Kutumbakam" mengajak kita untuk melihat dunia sebagai satu keluarga besar, mendorong sikap saling menghormati dan kerjasama. Konsep ini relevan dalam menciptakan dunia yang lebih harmonis dan damai, di mana setiap individu merasa terhubung dan memiliki tanggung jawab terhadap satu sama lain.
BACA JUGA:Oka Ridiansyah: Mahasiswa Penggerak Edukasi Anti Hoaks untuk Pemilih Pemula
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: