Mengenal Tradisi Mapati dan Mitoni dalam Adat Jawa

Mengenal Tradisi Mapati dan Mitoni dalam Adat Jawa

Tradisi mapati dan mitoni ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas semua berkah dan kesehatan.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Indonesia sangat kaya akan tradisi. Masing-masing daerah berbeda-beda. Satu di antaranya adalah tradisi yang berkaitan dengan kehamilan dalam masyarakat Jawa. tradisi ini sudah ada selama puluhan tahun, bahkan berabad-abad, tergantung adat dan budaya setempat.

Untuk mendoakan calon anak dalam kandungan, sebagian masyarakat Jawa biasanya melakukan ritual Mapati dan Mitoni. Tradisi dan ritual ini dilakukan jika calon ayah dan ibu menginginkan hal-hal yang baik untuk masa depan anak-anaknya.

BACA JUGA:Ibu Hamil Disarankan Tidak Konsumsi Daging Kambing Berlebihan, Ini Alasannya!

Kedua tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas semua berkah dan kesehatan. Namun tradisi Mitoni (bulan ke-7) lebih dikenal masyarakat dibandingkan bulan ke-4 (Mapati).Jadi apa sebenarnya perbedaan antara keduanya? Ini penjelasannya.

Makna tradisi ritual Mapathi atau Ngupati empat bulan.

Upacara Mapati merupakan tradisi unik di Jawa Tengah. Istilah mapati sendiri berasal dari kata papat yang berarti empat. Upacara yang disebut Ngupati ini dilakukan saat masa kehamilan memasuki bulan keempat.

BACA JUGA:Prudential, Asuransi Kesehatan dengan Cicilan Premi Terjangkau

Mengapa demikian? Karena setelah 120 hari dalam kandungan, jiwa roh mulai mengalir ke dalam kandungan. Oleh karena itu, melalui upacara mapati atau ngupati ini, kami meminta roh tersebut menjadi roh yang baik.

Upacara Mapathi atau Ngupati berupa upacara kenduri. Biasanya diadakan di rumah calon ibu atau rumah pasangan.

Isi sesaji penyelamat adalah nasi tumpeng megono, makanan pasar, bubur abang putih dan kupat sumpel. Yang membedakan tradisi ini dari ritual konsepsi tradisional lainnya adalah ngupati kenduri termasuk piring kupat di mana para tamu menempatkan kupat yang mereka bawa pulang di besek (mangkuk bambu).

BACA JUGA:Tau Ada Orang Terkena Musibah, Baca Doa Ini Sesuai Ajaran Rasulullah!

Namun dengan semakin berkembangnya zaman, biasanya kupat tersebut diganti dengan nasi golong. Upacara tradisional Ngupati atau Mapati harus dilakukan pada hari baik menurut penanggalan Jawa.

Tradisi upacara tujuh bulan, atau Mithoni atau Tingkepan umumnya dilakukan setelah tujuh bulan kehamilan dan dianggap melewati "usia kritis" kehamilan. Mitoni adalah tradisi 7 bulan tidak hanya di Yogyakarta, tetapi juga di Jawa Timur, Demak, dan Jawa Tengah.

Sebaiknya upacara mitoni atau tingkepan dilakukan pada hari Rabu atau Sabtu ganjil sampai tanggal 15. Apa yang harus di persiapkan untuk upacara tujuh bulan atau sakramen?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: