Gurita Asal Kabupaten Kaur Diekspor ke Amerika dan Jepang, Capai 25 Ton Perbulan

Gurita Asal Kabupaten Kaur Diekspor ke Amerika dan Jepang, Capai 25 Ton Perbulan

Warga Desa Linau Kecamatan Maje, Kaur saat menjajakan gurita kering untuk dijual. -(foto: khairullah syekhdi/bengkuluekspress.disway.id)-koran bengkulu ekspress

 

 

Belum Sumbang PAD

 

Meski Kabupaten Kaur menjadi daerah penghasil gurita terbanyak yang ada di Provinsi Bengkulu, potensi dari gurita ini belum bisa memberikan kontribusi secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pasalnya, hingga kini belum ada yang mengatur regulasi  biaya retribusi gurita tersebut.

“Untuk PAD dari gurita ini belum ada, karena sampai kini belum ada regulasinya, yang ada kini itu tambak udang,” kata Sekretaris Dinas Perikanan Kaur, Robi Antomi SPi MSi.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Kaur, Denny Setiawan SH mengatakan usaha dari gurita maupun benur di Kabupaten Kaur belum memberikan kontribusi PAD. Namun, pihaknya bersama dinas terkait terus berupaya dan menyusun regulasi, agar kedepannya  usaha dari gurita yang ada di Kabupaten Kaur dapat menyumbangkan pemasukan daerah.

“Kita upayakan ke depan ada aturan atau regulasi yang mengatur PAD dari sektor gurita ini, karena potensi gurita di Kaur ini sangat menjanjikan,” tandasnya.

 

//Harga Gurita Turun

Beberapa bulan terakhir ini, harga gurita kering dan basah di Kabupaten Kaur turun. Untuk  harga gurita kering ukuran besar sebelumnya Rp 150 ribu per ekor menjadi Rp 120 ribu per ekor. Ukuran sedang Rp 50 ribu per ekor menjadi Rp 45 ribu per ekor. Ukuran kecil Rp 20 ribu per ekor menjadi sebesar Rp 15 ribu per ekor. Sedangkan gurita basah besar dari Rp 60 ribu per Kg turun menjadi Rp 45 ribu per Kg.

Ida (34), salah satu pedagang gurita kering di Desa Linau Kecamatan Maje mengaku jika harga jual dan beli gurita kering mulai turun. 

Kondisi ini diperparah lagi dengan sepinya pembeli. Terkadang ini membuat para pedagang gurita  mengalami rugi. Sebab, putaran uang dari penjualan gurita tidak berjalan baik.

"Ini sudah hampir satu minggu lebih tidak ada pembeli gurita. Padahal harga jualnya sudah turun," ujarnya.

Hal senada juga diakui nelayan lainnya, Bobi (37). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: surat kabar harian bengkulu ekspress