HONDA BANNER
BPBDBANNER

FATMAWATI

FATMAWATI

“Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang manis, Jumat suci. Dan hari Jumat tanggal 17. Alquran diturunkan tanggal 17. Orang Islam melakukan sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” tambah Bung Karno.

Perdebatan Bung Karno dengan kelompok pemuda soal waktu proklamasi kemerdekaan sudah banyak diceritakan dalam buku sejarah. Cukilan perdebatan itu juga diceritakan dalam buku “Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” yang ditulis wartawati Amerika Serikat, Cindy Adams. Cerita yang sama juga diungkapkan Bung Hatta dalam Otobiografinya “Untuk Negeriku.”

Versi Hatta malam itu tidak ada kata sepakat. Karena para pemuda menginginkan Bung Karno mengumumkan kemerdekaan malam itu juga.

Ketidakpuasan para pemuda dengan hasil pertemuan dengan Bung Karno membuat mereka bertindak nekat. Terjadilah penculikan yang dalam buku sejarah dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Fatmawati dan Guntur yang berusia sembilan setengah bulan ikut diculik. Bung Karno belum tidur ketika rombongan pemuda datang lagi pukul 3 menjelang Subuh. Sukarni mencabut pisau panjang dan menghardik . “Bersiaplah Bung…. Waktunya sudah tiba.”

Fatmawati yang berada di kamar tidur terbangun mendengar kegaduhan. Dia mendekap Guntur yang masih bayi. Bung Karno, Fatmawati dan Guntur akhirnya diculik. Di pihak lain, rombongan pemuda lainnya ternyata juga menculik Hatta. Di tengah perjalanan Guntur terus menangis karena susu formula tidak dibawa. Fatmawati sudah ingat mengangkat susu dari tungku, tapi karena terburu-buru ia lupa.

Ada pula kisah lucu, saat memangku Guntur, Hatta dikencingi sehingga basah celananya. Karena tidak membawa pakaian pengganti, Hatta terpaksa tidak bisa sembahyang. Dalam penculikan di Rengasdengklok itu, Fatmawati protes minta agar mereka dipulangkan ke Jakarta. Susu formula untuk Guntur sudah hampir habis.

Arti Penting Fatmawati

Sekelumit cerita dua hari mencekam seperti diuraikan di atas, menggambarkan sebagian potret kecil di mana posisi dan arti Fatmawati (1923-1980) dalam perjuangan kemerdekaan. Fatma bukan cuma sekedar saksi sejarah, tapi menjadi bagian dari pelaku sejarah itu sendiri. Dia menyaksikan perdebatan-perdebatan panas dan dialog-dialog penting para tokoh perjuangan kemerdekaan.

Arti penting Fatmawati bagi bangsa Indonesia bukan hanya sekedar dia ibu Negara pertama, tapi karena putri Hasan Din itu terlibat langsung dalam perjuangan itu. Sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu tentunya. Selama Bung Karno di Bengkulu, Fatmawati ikut memberikan motivasi dan spirit perjuangan. Support dari wanita yang dicintai merupakan faktor yang tidak ternilai bagi seorang aktivis kemerdekaan seperti Bung Karno. Sampai di sini pun, peran Fatmawatin tetap memiliki arti penting, kalaupun misalnya dia tidak jadi menikah dengan Soekarno.

Fatmawati bukan hanya berperan menjahit bendera sang saka merah putih yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, tapi peran lebih jauh banyak dilakoni setelah menjadi ibu Negara. Hari-hari pertama setelah proklamasi, Fatmawati membuka dapur umur untuk melayani masyarakat yang berbondong-bondong ingin melindungi Bung Karno. Sebagai istri presiden, dia menjalani dan melewati hari-hari yang memberi warna bagi perjalanan bangsa ini.

Mungkin ada yang berpikir, tanpa Fatmawati menjahit bendera sang saka Merah Putih, proklamasi akan tetap terjadi pada hari itu. Pendapat itu mungkin saja benar, tapi bisa pula keliru besar. Proklamasi 17 Agustus sudah dirancang sedemikian rapi oleh Bung Karno sampai dia rela lehernya disembelih demi mempertahankan pendiriannya menolak mengumumkan kemerdekaan pada tanggal 15 atau 16 sebagaimana keinginan para pemuda.

Namun jangan lupa, bendera adalah simbol Negara. Apalah arti proklamasi kemerdekaan tanpa ada bendera Negara yang dikibarkan. Proklamasi adalah suatu pernyataan, deklarasi kemerdekaan. Sejajar dengan Declaration of Independennya Amerika 4 Juli 1776. Dan bendera merah putih adalah simbolnya. Simbol telah berdiri sebuah Negara Indonesia merdeka. Tanpa dikibarkan merah putih, proklamasi yang dibacakan Bung Karno hari itu terasa tidak bermakna apa-apa.

Dilihat dari konteks ini, peran Fatmawati sangat jelas dan terang. Jari-jemari putri Bengkulu itu ketika menjahit bendera sang saka Merah Putih telah memberikan catatan sejarah penting bagi berdirinya republik ini. Bendera nasional merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah Negara berdaulat. Begitu sakralnya arti bendera Negara, orang rela berkorban nyawa saat bendera nasionalnya dihina. Sebaliknya, orang akan menaruh hormat tinggi saat bendera nasionalnya dikibarkan.

Penghargaan tertinggi dalam pesta olah raga bangsa-bangsa di dunia seperti Olimpiade misalnya, diwujudkan dalam bentuk penaikan bendera nasional peraih medali sambil diiringi lagu kebangsaan Negara peraih emas. Masih ingat, bagaimana bangganya kita sebagai sebuah bangsa saat merah putih berkibar di Olimpiade Barcelona. Sampai dua kali malah. Dua keping emas ketika itu dipersembahkan Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti dari cabang Bulutangkis. Itulah emas pertama Indonesia dalam sejarah keikutsertaan Olimpiade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: