10 Komoditas Sumbang Inflasi

10 Komoditas Sumbang Inflasi

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sedikitnya ada 10 komoditas yang menyumbangkan inflasi di Bengkulu pada Januari 2019 lalu. Komoditas yang menyumbangkan inflasi tersebut diantaranya, naiknya tarif angkutan udara, daging ayam ras, tarif rumah sakit, upah tukang, buah tomat, daging sapi, mie, beras, ikan kape-kape dan jeruk.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA melalui Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Bengkulu, Budi Hardiyono SSi ME mengatakan, 10 komoditas tersebut berkontribusi terhadap tingginya inflasi di Bengkulu yang mencapai 0,88 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,79 persen.

\"Inflasi Bengkulu masih disumbangkan oleh tarif angkutan udara yang mahal dan beberapa komoditas lainnya,\" kata Budi, kemarin (3/2).

Seperti diketahui, tarif angkutan udara memberikan andil inflasi sebesar 0,411 persen, diikuti daging ayam ras sebesar 0,152 persen, tarif rumah sakit 0,11 persen, upah tukang 0,04 persen, buah tomat 0,038 persen, daging sapi 0,034 persen, mie 0,02 persen, beras 0,02 persen, ikan kape-kape 0,019 persen, dan jeruk 0,016 persen. Meningkatnya harga komoditas tersebut dinilai menjadi penyebab terjadinya inflasi di Bengkulu.

\"Meski komoditas tersebut menyumbangkan inflasi, tapi kondisi ini lebih rendah dibandingkan Januari 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,99 persen dan Januari 2017 mengalami inflasi sebesar 0,98 persen,\" ujar Budi.

Walaupun kondisi inflasi lebih rendah dibandingkan Januari 2018 lalu, namun pihaknya berharap komoditas yang menjadi penyebab inflasi ini tetap harus menjadi perhatian serius pemerintah. Apalagi pemerintah sudah menargetkan besaran inflasi tahun ini berada di level 3,5% plus minus 1%. \"Komoditas tersebut perlu menjadi perhatian lebih, jangan sampai pada bulan berikutnya memberikan andil inflasi lagi,\" tutupnya.

Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Lizar Alfansi PhD mengatakan, faktor penyebab inflasi karena ada tekanan dari kelompok tarif transportasi angkutan udara sejalan dengan arus balik liburan di bulan Januari. \"Ada tekanan harga pada komoditas pangan, seiring dengan masih berlangsungnya musim tanam, dan ada peningkatan harga komoditas yang terkait dengan proyek konstruksi proyek strategis nasional, di antaranya tukang bukan mandor,\" terang Lizar.

Selain itu, kenaikan tiket pesawat tidak senapas dengan target pemerintah untuk menggaet wisatawan. Para wisatawan akan berpikir ulang apabila akan belanja barang-barang kerajinan dan souvenir di Bengkulu karena barang-barang itu akan membuat bagasi lebih berat.

\"Pesawat merupakan jembatan bagi dunia pariwisata dan wisatawan khususnya domestik. Ketentuan bagasi berbayar dan mahalnya harga tiket akan memicu turunnya minat pengunjung destinsi wisata,\" tutur Lizar. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Lion Group bahwa tarif bagasi tambahan dipatok senilai Rp 155.000 untuk berat 5 kilogram hingga Rp 930.000 untuk kapasitas 30 kilogram. Hal ini sangat kontraproduktif dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang kerap membawa buah tangan sewaktu berpergian ke luar kota. \"Dampaknya, wisatawan akan cenderung ke destinasi luar negeri,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: