Pemerintah Berhasil Jaga Daya Beli Masyarakat
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Inflasi Ramadan tahun ini, dinilai belum cukup kuat dijadikan cerminan kondisi daya beli masyarakat Bengkulu yang menurun. Pasalnya rendahnya angka inflasi pada Mei lalu mencerminkan Pemerintah berhasil menjaga daya beli masyarakat selama Ramadan.
Pakar Ekonomi, Prof Lizar Alfansi SE MBA PhD mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Mei 2018 tercatat 0,32% month on month (mom). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada Mei 2017 yang mencapai 0,56%.
\"Umumnya, inflasi sepanjang Ramadan tumbuh di kisaran 0,5% mom. Namun, untuk tahun ini inflasi Ramadan justru jadi inflasi terendah,\" kata Lizar, kemarin (7/6).
Ia mengungkapkan, inflasi rendah belum bisa dijadikan sinyal untuk menggambarkan kondisi daya beli melemah. Menurutnya, saat ini pasar meyakini bahwa inflasi Ramadan yang lebih rendah karena banyaknya intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga di pasar. \"Bisa saja karena distribusinya yang semakin baik, sehingga cost-nya (harga) lebih baik,\" ujar Lizar.
Selain itu, banyak program pemerintah yang secara massive dikerahkan tahun ini, untuk menyalurkan kebutuhan pokok selama Ramadan. Sehingga belum bisa dikatakan kalau yang menentukan daya beli lemah diakibatkan oleh inflasi yang rendah. \"Kami belum lihat faktor pelemahan daya beli, karena biasanya akan diiring oleh tingkat pendapatan,\" jelas Lizar.
Lewat momentum Ramadan, Lizar mengungkapkan tingkat pendapatan masyarakat masih terjaga. Bahkan, tren pendapatan di Indonesia cenderung masih akan berlanjut. \"Jadi untuk mengatakan inflasi Ramadan rendah karena daya beli, itu bisa dieliminasi,\" tukasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra menjelaskan, rendahnya angka inflasi pada Mei 2018 masih mencerminkan kondisi perekonomian yang baik.\"Kalau dikatakan daya beli rendah, seharusnya harga-harga turun karena tidak ada yang beli. Tapi ini kan inflasi yang artinya masih ada kenaikan harga yang artinya masih ada supply and demand,\" kata Endang.
Endang menjelaskan rendahnya angka inflasi bukan cerminan dari daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi mengingat masih banyaknya masyarakat yang berbelanja sehingga inflasi dapat terjadi.
\"Kalau daya beli ini bukan isu ya, karena masyarakat masih ada belanja. Jadi pemerintah isu daya beli menurun itu tidak benar,\" tutupnya.(999)
=
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: