\"Aku bukan mahasiswa FKIP atau seorang guru, namun aku berhak untuk mendidik\", demikian disampaikan Fadli Sulaiman, Koordinator Komunitas Sahabat Belagham (KSB). Dengan mengabdikan diri, mengajar tanpa dibayar di desa, KSB menunjukkan, tugas mahasiswa tidak hanya belajar, namun juga mengajar. Berikut laporannya.
================
Tedi Cahyono,
Kota Bengkulu ================ MINGGU kembali datang. Semua orang senang, karena minggu adalah waktunya berlibur dan santai. Namun tidak dengan Komunitas Sahabat Belagham (KSB). Mereka mengisi waktu libur mereka dengan mengajar anak-anak kurang mampu di desa Srikuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Setiap pukul 09.00 WIB, semua anggota komunitas langsung berkumpul di depan gerbang Unib. Kemudian menuju ke desa. Koordinator KSB, Fadli Sulaiman, mengatakan KSB didirikan karena prihatinnya mereka terhadap kondisi perekonomian di desa Srikuncoro. Imbasnya, dengan sempitnya dompet para masyarakat tersebut, membuat pendidikan para anak dikesampingkan. \"Pendirian komunitas ini murni untuk wadah pengabdian,\" ujarnya. Kata Belagham sendiri diambil dari bahasa Serawai, salah satu suku yang ada di provinsi Bengkulu. Artinya gotong-royong, keharmonisan, tenggang rasa, saling menghormati, kerukunan, kejujuran, kebijaksanaan dan lain-lain. \"Intinya segala sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan,\" jelasnya. Begitupun dengan visi dan misi KSB, dia berharap komunitas yang didirikan sejak September 2013 ini, bisa menjadi wadah untuk bergotong royong dalam kebaikan. Dengan tujuan tersebut, banyak para mahasiswa Unib yang berjiwa sosial tinggi untuk bergabung dalam komunitas ini. Kegiatan yang dilakukan oleh KSB memberikan pendidikan alternatif kepada anak-anak marjinal di Srikuncoro. Dengan menggabungkan metode belajar dan bermain secara seimbang, komunitas ini berhasil menarik minat anak-anak desa untuk antusias mengikuti program tersebut. \"Selain itu, KSB juga memberikan pengajaran non formal yang tidak kaku seperti di sekolah,\" tambahnya. Disana, anggota KSB mengajarkan para anak untuk berani tampil di muka umum dan berargumen. Dengan menggunakan puisi, lagu untuk dinyanyikan anak, menari dan berpantun, membuat para peserta didik KSB menjadi lebih percaya diri untuk mengacungkan tangan saat diperintahkan maju. \"Goal dari materi kami membentuk siswa yang berkarakter,\" tambahnya. Dia berharap, semakin banyak para pemuda dan mahasiswa yang peduli dengan pendidikan. Melakukan sedikit hal, tapi bermanfaat dan berdampak besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dia mengatakan, pendidikan memang bukan segalanya, namun segalanya bisa berubah melalui pendidikan. \"Mendidiklah, meskipun tanpa bayaran, karena pendidikan adalah tugas kita semua,\" pungkasnya. (**)