\"Kalau pemerintah Australia menerima maka akan dibantu menuju ke Chrismas Island. Tapi kalau tidak maka harus dikembalikan ke negara asalnya ,\" ucap Komandan Lanal Bengkulu Letkol (Laut) HW Sinaga, kepada BE, kemarin.
Saat ini, kata dia, instansi terkait telah dikoordinasikan mulai dari Polres Mukomuko, Kantor Imigrasi, Basarnas, Pemkab Mukomuko, dan IOM (International Organitation Migrant) untuk mencari solusi dari kedatangan imigran tersebut.
\"Semua masih kita koordinsikan. Paling lambat Senin (besok) IOM akan datang untuk memutuskan apakah akan dikembalikan ke negara asal atau melanjutkan ke Australia,\" ujarnya.
Sejauh ini kedatangan 120 imigran Srilanka itu tidak membawa dampak buruk bagi Indonesia khususnya Bengkulu. Pun demikian, pihaknya masih terus berpatroli di beberapa perairan daerah perbatasan. Bahkan 3 anggota Lanal Bengkulu telah diutus ke Mukomuko untuk memperkuat pengawasan perairan perbatasan.
Danlanal juga menilai upaya imigran itu mengarungi lautan sebagai upaya nekad. Soalnya, jenis trawl yang digunakan tersebut tidak layak membawa 120 orang penumpang. Kapal untuk nelayan tersebut idealnya hanya untuk sekitar 10 penumpang saja. \"Gelombang Samudra Hindia yang begitu tinggi, ditambah lagi terdapat anak-anak di dalamnya,\" tuturnya.
Sempat Terdampar di India Ternyata butuh perjuangan panjang dilakukan para imigran Srilanka itu untuk mencari suaka politik. Sebelum terdampar di Pantai Air Rami Mukomuko, mereka juga pernah terdampar di perairan India. Saat itu kapal mereka juga kehabisan bahan bakar dan terombang-ambing di lautan. “Saat mereka terdampar di India hanya membeli bahan bakar minyak. Setelah itu berangkat lagi,”kata Camat Air Rami, Cartu yang sempat mewawancarai imigran tersebut.
Kapolres Mukomuko AKBP Wisnu Widarto SIK didampingi Kabag Ops Kompol Laba Meliala SIK melalui Kasat Intel AKP Yun Rambe menyampaikan dari ratusan imigran itu seorang perempuan berprofesi sebagai dokter umum, satu orang laki-laki sebagai guru sekolah dasar sedangkan lainnya kuli bangunan dan swasta. Imigran itu ada yang sudah berkeluarga dan lajang. Kapal yang digunakan itu adalah milik imigran yang dibeli dari negara Srilanka.
Perjuangan para imigran itu untuk mencapai negara Australia sudah sekitar 23 hari di perairan laut dan terdampar di perairan Air Rami. “ Sekitar 23 hari mereka berada di laut dan terdampar di perairan Air Rami,” katanya.
Biaya dalam perjalanan imigran itu menuju negara Australia dibiayai mereka bersama-sama. “Berapa perorangnya kita tidak mengetahui. Yang jelas ratusan imigran itu dalam perjalanannya biaya bersama terutama membeli kapal,”bebernya. Kasat Intel mengimbau kepada masyarakat supaya kepedulian sosialnya tidak berlebihan.
Dicontohkannya berboncengan, memberi pinjam kendaraan bermotor hingga ada yang dibawa ke rumah. “ Kita hanya mengimbau supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diingginkan seperti wabah penyakit atau lainnya.
Imbaun itu juga telah kita sampaikan langsung kepada masyarakat menggunakan mobil milik Pemda Mukomuko,”imbaunya. Pihaknya juga tetap memberikan pengawasan yang menempatkan anggota di sejumlah titik atas aktivitas para imigran tersebut.
“Imigran itu kita berikan pengawasan dan beberapa meter dari tenda yang sudah dibangun Pemda Mukomuko itu, khusus imigran tidak diperbolehkan melewati batas. Ini hanya untuk memberikan pengawasan dan keamanan saja,” tutupnya.
Kebutuhan Makanan Terpenuhi Di bagian lain Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko menjamin sebanyak 120 imigran asal negara Srilanka yang terdampar di perairan Air Rami Kabupaten Mukomuko tidak akan kelaparan dan kehausan.
Hingga kemarin (30/3) tak hanya dari pihak Dinsos Nakertrans, Kepolisian dan TNI saja yang membantu melainkan warga di wilayah Air Rami pun ikut membantu dengan ikhlas dan menanggap warga Srilanka itu adalah keluarga mereka sendiri.
“ Tidak ada masalah mengenai kebutuhan makanan para imigran itu dan tercukupi,”ungkap Kadis Sosnakertrans Kabupaten, HM Badri Rusli SH.
Makanan ratusan imigran itu sama seperti makanan warga kita seperti beras, sarden dan lainnya. Hanya saja rasa yang berbeda, dimana para ibu-ibu imigran itu memasak sendiri dibantu PKK Desa dan Kecamatan setempat. Kendati demikian hal itu tidak menjadi masalah.
Sementara itu tempat berteduh para imigran itu dibuat dua tenda besar yang berlokasi dipinggir pantai. Imigran itu juga mendapatkan bantuan dari perusahaan besar di Mukomuko yakni PT Agromuko yang mengirimkan tank air yang dapat digunakan untuk mandi,mencuci pakaian dan lainnya.
Kesehatan para imigran itu mulai lemah, kemarin (30/3) sebanyak dua orang ibu-ibu terpaksa dibawa ke Puskesmas Air Rami untuk mendapatkan penangganan medis yang dikarenakan mengalami pendarahan.
“ Hingga saat ini dua orang imigran itu dirawat di Puskesmas Air Rami dan mendapatkan pelayanan dengan semaksimal mungkin,”ujarnya. Kemarin malam dua orang dari dinas imigrasi provinsi Bengkulu tiba dilokasi. Kedua petugas itu melakukan pengawasan sambil menunggu kedatangan pihak internasional imigrasi yang akan tiba pada Minggu (31/3) sore mendatang.
Plt Kadinkes Kabupaten, Sabrin mengatakan dua orang imigran yang hamil sekitar tiga bulan itu hanya mengalami pendarahan yang tidak fatal dan dapat ditangani dokter dan bidan di puskesmas Air Rami yang kemungkinan kecapean.
“ Tidak ada masalah serius dengan dua orang ibu-ibu yang sempat mengalami pendarahan yang tidak fatal,”ujarnya. Untuk mengenai obat-obatan dan tenaga medis tidak ada masalah dan siap memberikan pelayanan medis kepada ratusan imigran tersebut.
“ Stok obat aman begitu pun dengan tenaga selalu stanby baik itu di Puskesmas Air Rami maupun Ipuh yang dekat dengan lokasi imigran tersebut. Yang jelas untuk pelayanan kesehatan tidak ada masalah dan siap memberikan bantuan pengobatan kepada para imigran yang sakit,”demikian Sabrin. (160/900)