SLB Autis Center Kurang Guru dan Ruangan

SLB Autis Center Kurang Guru dan Ruangan

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) Autis Center Provinsi Bengkulu, yang didirikan sejak 2013 masih mengalami kendala. Berupa kekurangan guru pengajar dan ruangan keterampilan pendukung dalam pelaksanaan belajar-mengajar. Akibatnya pelaksanaan belajar mengajar terhadap para siswa sekolah tersebut cukup terganggu.

Kepala sekolah SLBN Autis Center Wardani SPd melalui Wakil Kurikulum (Waka) Kurikulum Suratinem SPd mengatakan, saat ini guru yang mengajar di SLBN Autis Center hanya 16 orang. Terdiri dari 3 guru PNS dan 13 guru honorer. Dari 13 guru honorer itu, hanya 2 orang saja berlatar belakangan pendidikan Pengajar Luar Biasa (PLB).

\"Selebihnya berlatar belakang pendidikan biasa,\" jelasnya, kemarin.

Dengan masih sedikitnya guru berlatar belakang PLB, SLN Autis Centre para guru diarahkan agar mengetahui dan memahami kebutuhan siswanya yang berbeda dengan sisw normal. Karena SLB usaha untuk membuat seorang anak itu menjadi mandiri dan bukan pandai.

\"Mengabdi di SLB pekerjaan yang benar-benar iklas mengabdi,\" ujarnya.

Mirisnya gaji guru honorer tersebut terbilang kecil dibawah upah minimum provinsi (UMP). Guru honorer hanya mendapatkan gaji antara Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu saja. Nilainya tergantung dari keuangan dari sekolah.

\'\'Segitulah gaji yang kita berikan,\" jelasnya.

Selain mengalami kekurangan guru pengajar SLBN Autis Center Provinsi Bengkulu juga kekurangan ruangan khusus bagi para siswa. Saat ini, sekolah tersebut hanya memiliki ruangan sebanyak 12 ruangan. Masih diperlukan penambahan ruangan sekitar 6 sampai 7 ruangan lagi. Untuk ruangan keterampilan, bina komunikasi, artikulasi, kepala sekolah, tata usaha, ruang tamu, unit kesehatan sekolah (UKS).

\"Seperti ruangan kepala sekolah saja ini ruangan bermain anak-anak kita sulap menjadi kantor dan ruangan kepala sekolah,\" sampainya.

Adanya kekurangan ruangan kelas, membuat dalam pelaksanaan pembinaan khusus terhadap para siswanya, harus dicampur dengan ruangan belajar mengajar. Sehingga dalap pelaksanaan pembinaan terhadap siswa, masih sangat dirasakan cukup terganggu. Dimana semestinya jika ada ruangan khusus dapat melaksankan pembinaan dengan baik tanpa adanya gangguan.

\"Namun, kami tetap berusaha jangan sampai masih adanya kekurangan kelas atau tempat, kebutuhan anak menjadi terbengkalai,\" ujarnya.(614)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: