Derita Keluarga Edi Candra, Istri Stroke, Anak Lumpuh Hanya Mampu Berobat ke Dukun

Derita Keluarga Edi Candra, Istri Stroke, Anak Lumpuh Hanya Mampu Berobat ke Dukun

 Nasib malang dialami keluarga Edi Candra (41), pasalnya istrinya Mahidahtul Aini (40) sejak 7 bulan terakhir terkena stroke dan hanya terbaring lemah di rumah. Sedangkan anak bungsunya, Gistan Aldo yang kini berumur 7 tahun sejak lahir tidak bisa berjalan alias lumpuh.

CARMINANDA, Kota Bengkulu

Edi Cabdra yang sehari-harinya bekerja sebagai penjual pentol bakso keliling ini hanya bisa pasrah melihat kondisi sakit yang diderita istri dan anaknya. Sebab, tidak banyak yang dapat dilakukan ayah 2 orang anak tersebut karena faktor ekonomi yang tidak memungkinkan.

Kendati demikian, bukan berarti ia tidak berusaha, beberapa pengobatan tradisional dengan orang pintar (dukun) pun telah dijalaninya. Namun, tetap saja, kondisi istrinya tak kunjung membaik.

Saat ini istrinya Mahidahtul Aini dan anak bungsunya Gistan Aldo hanya bisa terbaring lemah di sebuah kontrakan kecil di RT 10 RW 4 Kelurahan Padang Jati, Kota Bengkulu.

Kondisi fisik Mahidahtul Aini pun semakin hari semakin kurus sehingga bisa banyak bergerak dan berbicara. Namun, dari sorot mata yang sayu terpancar semangatnya untuk sembuh. Begitu juga dengan Aldo. Tidak banyak yang dapat dilakukan Aldo, seharinya ia hanya berbaring saja, sebab tidak bisa berdiri dan berjalan.

Edi menceritakan, ia mulai menyadari putra bungsunya tersebut tidak bisa berjalan saat Aldo berusia sekitar 1 tahun. Saat itu Aldo terserang panas yang cukup tinggi, namun karena tidak bisa berobat Aldo hanya dirawat di rumah saja oleh ibunya.

Setelah sembuh, ia menyadari ada yang aneh dengan putranya tersebut. Saat berusia 1,5 tahun, anak-anak lainnya sudah bisa berjalan, tetapi tidak dengan Aldo. Kaki Aldo terlihat kecil dan lemah dan tidak sanggup menopang badannya untuk berdiri. Sejak itulah ia dan istrinya menyadari bahwa Aldo tidak bisa berjalan. Namun setelah menyadari itu, karena keterbatasan biaya mereka hanya bisa membawa Aldo berobat ke dukun.

Belum selesai penderitaan keluarga ini, setelah anak bungsunya tertimpa sakit dan tidak bisa berjalan, istri tercintanya pun sejak 7 bulan terakhir terserang penyakit stroke.

\"Kemarin berobatnya cuma ke dukun kampung saja, karena tidak ada biaya,\" ungkap Edi dengan mata yang berkaca-kaca.

Edi menceritakan, sejak istrinya sakit, ia terpaksa harus berjualan pada malam hari. Sebab, jika ia berjualan siang hari, tidak ada yang menjaga istri dan anaknya. Edi harus bergantian menjaga istri dan anaknya bersama anak tertuanya yang saat ini sekolah di SMP.

Saat putrinya pulang sekolah, barulah kemudian Edi menyiapkan bahan pentol bakso untuk dijualnya.

\"Kalau sebelum istri sakit bisa jualan dari pagi, tapi sekarang tidak bisa lagi, harus bergantian sama putri saya,\" ujarnya.

Edi mengakui, dari hasil penjualan pentol bakso tersebut kadang tidak cukup untuk membiaya makan keluarganya sehari-hari. Tak jarang ia juga meminjam ke kerabat dan tetangganya.

\"Kadang dibantu tetangga, ada yang kasih beras. Semua barang di rumah juga sudah dijual untuk berobat, terakhir kemarin jual TV. Ini kontrakan saja sudah nunggak 3 bulan,\" ungkapnya.

Melihat kondisi istrinya yang semakin memburuk, tetangga sekitar rumahnya pun menyarankan untuk segera mengurus surat permohonan berobat gratis.

Saat ini pun Edi baru mengurus surat tersebut, dan baru meminta surat pengantar dari RT.

Edi berharap, ada perhatian dari Pemerintah Kota Bengkulu terhadap penderitaan keluarganya. Paling tidak, ia berharap istrinya bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Sebab, kondisinya semakin hari semakin memburuk.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: