Menelisik ‘Bisnis’ Skripsi di Kota Bengkulu, Kerjanya Mudah, Upahnya Jutaan Rupiah

Menelisik ‘Bisnis’ Skripsi di Kota Bengkulu, Kerjanya Mudah, Upahnya Jutaan Rupiah

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Bisnis jasa pembuatan skripsi di Kota Bengkulu saat ini terus meningkat. Selain bayaran pembuatannya dibandrol dengan harga yang cukup tinggi, jutaan rupiah, \'pasiennya\' juga terus bertambah.

Dari penelusuran Bengkulu Ekspress, ditemukan orang yang mau berbagi cerita tentang usaha pembuatan skripsi di Kota Bengkulu. Dengan alasan privasi, lelaki itu minta namanya disamarkan. Sebut saja Andre (36), yang kesehariannya membuka jasa foto copy di pinggiran Kota Bengkulu.

Andre menceritakan, awal dirinya bisa \'berbisnis\' membuat skripsi karena sang adik meminta dibuatkan skripsi tahun 2013 lalu.

Disela-sela pembuatan skripsi adiknya itu, Andre juga menggarap skripsi teman-teman adiknya. \"Waktu itu adik saya bilang, \'Bang ada teman yang mau minta bantuan dibuatkan skripsinya, dia berani bayar Rp 2,5 juta\',\" kata Andre menirukan perkataan adiknya.

Mendengar hal tersebut, Andre sempat menolak karena berpikir nanti akan mengecewakan teman-teman adiknya. Namun dengan dorongan sang adik satu-satunya, akhirnya Andre mencoba menerima tawaran tersebut dan akhirnya skripsi berhasil dibuat.

Karena merasa pembuatan skripsi itu cukup mudah, selain dibantu adiknya, akhirnya Andre mulai mencari orang yang akan dibuatkan skripsi.

\"Pada saat itu, saya langsung mendapatkan tawaran 5 skripsi sekaligus, dengan biaya Rp 2,5 juta per skripsi,\" jelasnya.

Namun karena judul skripsi kelima mahasiswa tersebut berbeda, Andre sempat mendapatkan kesulitan dalam mencari buku referensi. Sehingga ia harus susah payah mencari bahan skripsi tersebut. Ia terpaksa mencari buku baik dari perpustakaan maupun membeli langsung ke toko-toko buku. Jika mentok, ia meminta mahasiswa untuk mencarikan buku atau skripsi sebagai refrensi pembuatan.

\"Sempat mendapatkan kesulitan pada saat itu, tetapi setelah selesai semua saya bisa mengantongi uang cukup besar,\" ujarnya sumringah.

Seiring waktu berjalan, Andrepun mulai dikenal dari kalangan mahasiswa yang bermalas-malasan untuk membuat skripsi, sehingga tawaran membuat skripsi terus diterimanya.

Megingat pengalaman awal bahwa pembuatan skripsi ada yang mudah dan ada yang susah, akhirnya Andre mematok harga. Untuk skripsi yang diangap mudah dibandrol dengan harga Rp 2,5 - Rp 3 juta, sementara yang agak susah dibandrol dengan harga Rp 3 - Rp 3,5 juta dan skripsi yang cukup sulit apalagi ditambah dengan pembuatan aplikasi atau yang lainnya, Andre membandrol harganya Rp 4-5 juta - Rp 5 juta. \"Harga yang saya tetapkan itu bisa diterima oleh mereka,\" kata Andre.

Sempat pada akhir 2015 yang lalu, Andre mendapatkan konsumen hingga puluhan orang, sehingga untuk menyelesaikannya, dirinya meminta bantuan kepada teman-temannya agar semua itu bisa selesai. Pada saat itu, dirinya sempat mendapatkan uang hingga Rp 50 juta.

\"Saya paling besar mendapatkan uang sebesar Rp 50 juta dalam pembuatan skripsi, tetapi itu dibagi dengan teman yang membantu,\" ujarnya.

Sementara rata-rata mahasiswa yang dibuatkan skripsinya oleh Andre adalah mahasiswa yang sudah berkeluarga dan sudah bekerja. Namun tidak jarang juga mahasiswa yang memang kemungkinan malas dalam membuat skripsi. \"Paling banyak orang-orang yang telah bekerja, yang cuma menginginkan gelar,\" sampainya.

Selain Andre, ada juga Wahyu (38) -- bukan nama sebenarnya--, yang telah membuka kegiatan pembuatan skripsi sejak tahun 2011 lalu. Ia juga telah membuat skripsi atau tesis mahasiswa lebih dari 33 jurusan di sejumlah perguruan tinggi di Kota Bengkulu.

Untuk memudahkan para pencari jasa pembuatan skripsi, Wahyu dengan sengaja membuat sebuah pelang yang bertuliskan pengumuman bimbingan skripsi dan tesis semua jurusan yang ditempelkannya di sebuah pohon agar orang mudah melihat dan membacanya. \"Dulu pelang yang saya bikin banyak, saya sebar ditempel di pohon, sekarang sudah banyak rusak sepertinya,\" jelasnya.

Dalam setiap pembuatan, Wahyu mematok dengan harga Rp 4 juta untuk pembuatan skripsi dan Rp 6 juta untuk pembuatan tesis dengan cara 3 kali pembayaran. Dimana dalam satu tahun, dirinya mampu menyelesaikan 20 pesanan baik skripsi maupun tesis dari semua jurusan.

\"Saya mampu menyelesaikan 20 pesanan dalam satu tahun,\" ujarnya.

Wahyu menambahkan, selama dirinya membuka jasa pembuatan skripsi, mahasiswa yang paling banyak menghubunginya adalah orang-orang yang telah bekerja yang meminta bantuan membuatkan tesis. Sementara untuk pembuatan skripsi, selama ini cukup sedikit karena kemungkinan masih kuliah dan tidak mampu untuk membayar.

\"Ya kalau orang yang sudah bekerja bisa membayarnya, tetapi kalau mahasiswa, sedikit karena mungkin tidak mampu bayar,\" ceritanya.

Dalam pembuatan skripsi atau tesis, Wahyu, menjelaskan bahwa dalam pembuatan skripsi atau tesis yang dilakukannya, untuk urusan buku dan penelitian dan hasil penelitian itu semuanya dari mahasiswa sendiri.

Sementara dirinya hanya melakukan pengetikan, merefisi dan menjelaskan apa yangtelah direfisi.

\"Tugas saya hanya itu dalam pembuatan skripsi atau tesis,\" uacapnya.

Takut Saat Ujian

Dilain pihak, dalam kegiatan jasa pembuatan skripsi atau tesis selalu ada yang mendukung dan ada yang tidak.

Seperti yang disampaikan oleh salah seorang warga yang pernah meminta bantuan dalam pembuatan skripsinya, sebut saja Reni (28), dirinya mendukung adanya jasa pembuatan skripsi.

Alasannya, karena sudah kerja dan hanya ingin mendapatkan gelar, ia beralasan tidak ada waktu untuk membuat skripsi, sehingga perasaan malas tumbuh dalam dirinya. \"Meskipun saat itu diminta uang Rp 4 juta, saya tetap bayar, sebab saya kira saya tidak sanggup membuat skripsi itu. Karena uangnya kurang, terpaksa saya cari uang Rp 4 juta, itupun masih meminta bantuan dengan orang tua,\" candanya.

Reni mengakui, memang ada kesulitan jika skripsi bukan diri sendiri yang membuatnya, terutama tidak menguasai apa isi dari skripsi. Kemudian saat ujian timbul rasa takut kepada penguji, karena berfikir apa yang dipelajari tidak ditanya dan yang tidak dipelajari malah ditanya oleh penguji. \"Rasanya gemetar, karena tidak terlalu menguasai isi dari skripsi kita,\" jelasnya.

Sementara mahasiwa yang tidak setuju dengan jasa pembuatan skripsi yaitu, Marleza (32). Menurutnya, bila skripsi dibuatkan oleh orang lain, berarti itu bukanlah hasil karya sendiri. Ia menganggap bahwa mahasiswa yang meminta bantuan membuat skripsi tidak sah mendapatkan gelar. \"Saya kira itu adalah perilaku yang tidak benar lah,\" tegasnya.

Marleza menambahkan, orang yang tidak membuat skripsi sendiri bisa dipastikan bahwa dirinya tidak memahami sepenuhnya apa isi dari setumpukan kertas dan berisi tulisan yang merupakan yang telah menjadikan dirinya sebagai seorang sarjana.

Berbeda dengan yang membuat skripsi sendiri, mulai dengan mencari buku-buku refrensi, mengetik tidak tahu waktu, bahkan lupa dengan kesehatan. \"Tetapi itu semua terbayarkan, kita bisa menguasai apa isi dari skripsi kita dan ada rasa kepuasan tersendiri,\" ujarnya.

Salahi Aturan

Menyikapi banyaknya mahasiswa yang meminta bantuan dalam pembuatan skripsi hingga sanggup mengeluarkan uang jutaan rupiah,salah seorang dosen yang sering menjadi penguji sidang skripsi, Yusaran Fauzi SSi MKes, megatakan, secara etika skripsi dibuat orang lain adalah perbuatan yang tidaklah benar, karena seharusnya skripsi itu adalah hasil karya seorang mahasiswa. \"Secara pribadi saya menilai itu adalah perbuatan yang tidaklah benar,\" ujarnya.

Namun demikian, Yusran, menambahkan kalaupun seorang mahasiswa melihat skripsi atau mencontoh skripsi seseorang hanya sebagai bahan refrensi, hal tersebut tidak masalah. Akan tetapi jika seseorang betul-betul menyerahkan pembuatan skripsinya kepada orang dengan membayar sejumlah uang, maka itu sangatlah tidak dibenarkan.

\"Kalau hanya sekedar meminta bantuan kepada seseorang untuk bahan refrensinya, itu tidak masalah tetapi kalau membayar itu sangatlah tidak benar,\" ucapnya.

Yusran menganggap, masih banyaknya mahasiswa yang meminta bantuan orang lain dalam membuat skripsinya, disebabkan mahasiswa tersebut kemungkinan besar karena tidak ada rasa percaya diri dengan kemampuannya, selain itu karena timbul di dalam dirinya ketidak mampuan atau juga tidak mau membuat serta menggampangkan segala urusan.

Sebenarnya dalam pembuatan skripsi, setiap mahasiswa memiliki dosen pembimbing yang merupakan salah satu mentor mahasiswa dalam membuat skripsinya. \"Tetapi dosen pembibimb itu tidak dimanfaatkan oleh mahasiswa, malahan mahasiswa memanfaatkan orang lain yang nyatanya itu tidak legal,\" ujarnya.

Sementara, jika dalam ujian skripsi menemukan mahasiswa yang seperti itu, pihak penguji tidak bisa menindaknya. Secara pribadi doden hanya bisa memberikan nasehat bahwa perbuatan tersebut tidaklah benar, menyalahi etika.

Akan tetapi saat ini belum bisa membuktikannya dengan pasti apakah seseorang memang membuat skripsinya sendiri atau meminta bantuan, karena belum menemukan bukti secara real.

\"Tetapi jika ada pengakuan dari mahasiswa, mungkin kita hanya memberikan masukan secaa moral seperti memberikan nasehat dan kalaupun nantinya akan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi untuk tidak mengulanginya,\" jelas Yusaran.

Ada beberapa ciri-ciri yang bisa diketahui oleh para penguji, jika mahasiswa meminta bantuan kepada orang lain dalam pembuatan skripsi, biasanya dari penguasaan materi skripsi sudah diketahui. Jika benar-benar membuat maka dipastikan memahami isi yang ada didalam skripsi miliknya.

Memang selama menguji seseorang, ada beberapa kasus mahasiswa yang tidak menguasai apa yang ada dalam skripsinya dan langsung ditanya apakah membuat sendiri atau dibuat oleh orang lain.

\"Tetapi sering kali mahasiswa karena takut ketahuan dan takut ada efek dampak pada dirinya jika mengaku, akhirnya mereka tidak mau mengaku, walaupun kita sudah menduga kalau ada kemungkinan skripsi dibuatkan,\" tutupnya.

Bisa Dianulir Gelarnya

Sementara Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Prof Dr Iskandar SH MHum mengatakan, perbuatan meminta bantuan seseorang dalam pembuatan skripsi baik mahasiswa ataupun pembuatny a dalah tindakan yang tidak benar dan menyelahi aturan hukum yang bisa dijerat dengan tindakan pidana ataupun administrasi.

\"Itu sangatlah tidak dianjurkan dan tidaklah benar dan melanggar hukum,\" jelasnya.

Iskandar menambahkan, untuk di kampus Universitas Negri Bengkulu telah ada aturan nya seperti aturan rektor nomor 46/J/30/HK/2007 yang aturan sanksi bagi siapa saja mahasiwa yang bermasalah dengan akademik, ada juga aturan tentang etika. Dalam aturan rektor mahasiwa bisa dikenakan sanksi seperti ibatalkan ujiannya dan bila di sudah sarjana bisa dianulir atau dicabut hak seseorang menyandang sarjana.

\"Sangsinya berat jika ketahuan, sepanjang bisa membuktikannya,\" ujarnya.

Bisa dipastikan, jika seorang mahasiswa meminta bantuan kepada orang lain, bisa dilihat pada saat ujian yang tidak bisa menjelaskan ataupun menjawab pertanyaan dari pihak penguji, sehingga dengan hal tersebut ada indikasi skripsinya dibuatkan atau memplagiat orang lain. Untuk membuktikannya apakah itu dibuatkan oleh orang lain, perlu penyelidikan lebih jauh pembuktiannya dan itu tidaklah mudah.

\"Saat ini sulit membuktikannya, apalagi saat ini kemampuan mahasiswa banyak menurun sekarang, banyak tidak tahunya dari pada tahunya,\" ujarnya.

Sementara menanggapi keterlibatan pembuat skripsi, Iskandar mengatakan itu sebenarnya bisa diselidiki oleh pihak kepolisian karena hal tersebut tidak diperbolehkan. Dimana yang namanya skripsi adalah salah satu bentuk wujud karya ilmiah, keahlian ataupun kompetensi seseorang calon sarjana. Jika ada indikasi plagiat, maka bisa dikenakan sanksi.

\"Plagiat itu bisa dijerat dengan undang-undang tindak pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI),\" demikian Iskandar.(614)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: