Ritual Tabot, Memasuki 5 Muharam Duduk Penja Simbol Menegakkan Salat 5 Waktu

Ritual Tabot,  Memasuki 5 Muharam Duduk Penja Simbol Menegakkan Salat 5 Waktu

 Salah satu ritual yang tabot yang tidak boleh dilewatkan adalah Duduk Penja yang dilakukan pada 5 Muharam. Duduk Penja adalah ritual membersihkan jari-jari yang kemudian disusun dalam tiang salah satu tabot sakral. Konon, katanya Duduk Penja ini sebagai simbol menegakkan salah 5 waktu dalam kehidupan sehari-hari. MEDIKHARYA SAPUTRA - KOTA BENGKULU

Prosesi ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada kebesaran Hasan-Husein. Kegiatan ini dilakukan oleh semua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) di Gerga Tabot Imam di Jalan Kerapu, Kelurahan Berkas Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, kemarin (5/10). Penja sendiri merupakan benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia. Ukurannya pun beragam, ada yang kecil, sedang, dan besar lengkap dengan jari-jarinya, dan juga ada penja yang berbentuk pedang yang digunakan para nabi saat berperang menegakkan Islam.

Penja ini dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magic, dan harus dicuci dengan air limau atau air jeruk setiap tahunnya. Menurut Ketua KKT, Ir Syafril Syahbuddin, ritual duduk penja ini bermakna menegakkan tiang Islam. Oleh sebab itu, penja yang berbentuk tangan manusia tersebut menandakan bahwa dalam menegakkan Islam haruslah dalam keadaan bersih yang dimulai dari telapak tangan.

Adapun tiang Islam yang dimaksud tersebut ialah 5 rukun dan 5 shalat maka disimbolkan dengan penja atau 5 jari.

\"Kalau tangan kotor, ya jadi kotor semua apa yang dilakukan. Nah, kalau bersih apapun yang dimakan itu bersih. Jadi baik secara rohani maupun jasmani, tangan itu harus duluan untuk menegakkan tiang Islam tadi,\" terang Syafril kepada BE, usai memimpin ritual duduk penja, kemarin.

Prosesi ritual ini berlangsung sekitar 2 jam dan erjalan dengan khidmat yang diawali dengan doa, penja diturunkan untuk di cuci, dilengkapi sesajen berupa kemenyan, emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu.

Setelah dicuci, keluarga pembuat tabot langsung mengantarkan Penja yang dibungkus ke gerganya, dengan diiringi bunyi dol dan tassa untuk disimpan kembali selama upacara perayaan tabot.

\"Awalnya kita sampaikan doa, salam, salawat dan menyampaikan Alfatihah kepada Al Husen dan segala yang syahid di Padang Karbala. Setelah itu, baru mulai mencuci penja pakai air limau dan bunga, kemudian barulah penja itu disusun dan ditegakkan baru dibungkus dengan kain putih,\" ungkapnya.

Setelah melakukan doa, para keluarga tabot pun tampak berbaris dan mengelilingi gerga sebanyak 7 kali dengan membawa bendera, jari-jari, tunas pohon pisang, penja yang sudah dicucikan dan dibungkus kain putih, serta beberapa makanan seperti nasih kebuli, pisang mas, tebu dan lainnya.

Usai mengelilingi 7 kali, secara spontanitas masyarakat sekitar langsung berebutan untuk mendapatkan makanan yang sudah diarak tersebut, bahkan tak hanya makanan, air limau bekas cucian penja pun habis diambil warga menggunakan teko/termos untuk di minum.

\"Kalau tunas pisang itu artinya simbol penghasilan. Artinya kita itu jangan mati dulu sebelum menghasilkan sesuatu, maka kita harus berbuat,\" ucap Syafril.

Tak lama setelah melakukan proses ritual inti, para keluarga tabot ini secara sendiri-sendiri memanjatkan doa di depan Gerga. Namun, menariknya selama proses ritual berlangsung rupanya para makhluk gaib pun juga mengikuti proses ritual tersebut, buktinya beberapa anggota keluarga tabot tersebut mengalami kesurupan. Meski sempat mencuri perhatian warga sekitar, namun kejadian tersebut sudah menjadi hal yang biasa, dan tidak membutuhan waktu lama akhirnya keadaan kembali normal setelah keluarga tabot lainnya saling membantu untuk menetralisirkan keadaan.

Usai melakukan duduk penja, ritual yang dilakukan selanjutnya yakni Menjara yang dilakukan pada hari Kamis dan Jum’at malam atau pada 6 - 7 Muharram.

Menjara merupakan simbol perjalanan panjang di malam hari dengan arak – arakan musik dol, bendera dan panji-panji kebesaran yang diibaratkan ketika perjalanan dari Madinah menuju Padang Kerbala Iraq pada tahun 61H / 680M. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: