3 Masalah Pelik yang Dihadapi UMKM

3 Masalah Pelik yang Dihadapi UMKM

SURABAYA – UMKM masih memberikan kontribusi minim terhadap ekspor Jawa Timur. Saat ini, baru ada 3.476 UMKM yang siap ekspor. Padahal, jumlah UMKM mencapai 6,8 juta. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur I Made Sukarta mengungkapkan, UMKM di Jatim saat ini masih mengalami kendala tiga hal. Yakni, produksi, pembiayaan, serta pasar. ’’Negara tujuan ekspor memiliki tuntutan tinggi terhadap suatu produk. Mereka punya tuntutan terhadap bahan baku dan itu masih belum banyak diperhatikan pelaku UMKM,’’ katanya setelah konferensi pers Koperasi & UMKM Expo kemarin (3/8). Selain itu, pihaknya terus mendampingi UMKM untuk meningkatkan kualitas produk. Di sini produk dengan kemasan polos yang dijual UMKM masih bisa laku. Tetapi, kalau sudah masuk pasar internasional, produk seperti itu sulit diterima. ’’Kemasan kurang menarik juga menjadi kendala bagi mereka,’’ ujarnya. Kendala selanjutnya yang dialami pelaku UMKM adalah pembiayaan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur tahun ini menggelontorkan dana Rp 1,1 triliun untuk pembiayaan UMKM melalui Bank Jatim. Angka itu naik cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun lalu hanya Rp 200 miliar. Selama ini harga produk UMKM masih tinggi dan sulit bersaing karena modal dari bank dan bunganya cukup tinggi. ’’Padahal, produksinya belum sebanyak industri besar. Jadi, pemberian bunga 9 persen bisa mendongrak daya saing UMKM,’’ tutur Sukarta. Dia menjelaskan, total kontribusi UMKM terhadap produk domestik regional bruto Jawa Timur mencapai 54,9 persen. Secara total, data Asian Development Bank Institute menyebutkan bahwa UMKM di Indonesia mampu menyerap 97,2 persen dari total tenaga kerja di dalam negeri. Kontribusi UMKM hanya 15,8 persen dari total ekspor Indonesia. Hal itu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi ekspor UMKM di beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, maupun Thailand. Di Thailand, kontribusi ekspor UMKM mencapai 29,5 persen dengan penyerapan tenaga kerja 77,9 persen dari total tenaga kerja. Di Vietnam, Malaysia, maupun Filipina, ekspor UMKM berkontribusi 20 persen. Kondisi itu menjadi salah satu indikasi bahwa daya saing UMKM Indonesia secara global masih lebih rendah daripada UMKM di negara ASEAN. ’’Kami juga giat mengadakan pameran untuk mempertemukan pelaku UMKM dengan buyer. Tranksasinya diharapkan bukan hanya on the spot, tetapi juga berkelanjutan,’’ tegasnya. (vir/jos/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: