28 Tahun Menderita, Kaki Kanan Membesar Tanpa Ada Obatnya

28 Tahun Menderita, Kaki Kanan Membesar Tanpa Ada Obatnya

Siregar (53), bapak 2 anak yang bekerja sebagai tukang tampal ban ini, terpaksa harus menjalani hidup dengan membawa penyakit yang belum bisa sembuh dari kakinya. Medi Kharya Saputra, Kota Bengkulu

Sekilas bentuk tubuh Siregar tampak normal, namun jika diperhatikan ada sesuatu yang tak biasa di bagian kaki kanannya. Mulai dari pangkal paha hingga ujung kaki, memiliki ukuran yang lebih besar dari kaki kirinya dan dipekirakan memiliki berat hingga puluhan kilo.

Bentuknya pun membengkak dan terlihat lipatan-lipatan dengan kulit yang agak bersisik. Meski orang-orang yang melihatnya langsung menyimpulkan penyakit tersebut merupakan kaki gajah, namun ia mengaku bahwa hasil diagnosa pihak dokter yang telah memeriksanya menyatakan bahwa pembengkakan pada kaki Siregar itu bukan jenis kaki gajah.

\"Dulu sudah pernah dicek di rumah sakit swasta di Palembang melalui sampel darah, dan kata dokter hasil pengecekan untuk penyakit kaki gajah itu negatif. Jadi ini bukan kaki gajah,” ungkap Siregar kepada BE saat ditemui di rumahnya yang beralamat di Jalan Belimbing Panorama, Kota Bengkulu.

Ia mengaku, hingga saat ini baik pihak dokter maupun dirinya tidak mengetahui apa nama penyakit yang dideritanya sejak usia 25 tahun lalu ini. Setelah beberapa kali mendatangi ke rumah sakit, tim medis pun akhirnya menyatakan tidak mampu menyembuhkan penyakit tersebut. Sehingga saat ini dirinya berpasrah dan ikhlas untuk tetap menjalani kehidupan rumah tangga dengan mengemban penyakit tersebut.

“Saya kena penyakit ini waktu masih muda dan sebelum menikah dulu, sampai sekarang gak tahu kita ini penyakit apa,” terangnya.

Adapun awal mula penyebab terjadinya pembengkakan pada kaki kanannya itu, Siregar menceritakan bahwa pada saat usia 25 tahun lalu, ia sempat bekerja di kebun buah semangka yang terletak di kawasan Air Sebakul. Dan disuatu hari, pada saat waktu maghrib menjelang malam sekitar pukul 18.00 WIB dirinya masih memaksakan diri untuk menebas rumput kebun yang dijaganya tersebut.

“Pas maghrib lagi hujan gerimis, masih tebas menebas di kebun, memang lokasi kebun pada waktu itu cukup angker,” ucap pria asal Medan yang merantau sejak tahun 1982 ini.

Ketika keesokkan harinya, Siregar baru menyadari bahwa terdapat benjolan kecil di kaki kanannya. Namun pada saat itu dirinya masih menganggap benjolan tersebut merupakan benjolan biasa, dan dianggap tidak terlalu berbahaya, sehingga hanya diberikan obat-obatan seadanya dengan maksud agar benjolan itu kempes.

Namun hari demi hari tanpa disadari bonjolan tersebut semakin membesar dengan cepat dan menjalar ke seluruh bagian kaki kanannya. “Awalnya ada bengkak kecil dibagian ini, tapi saat itu tidak ada rasa sakit apa-apa,” sebutnya seraya menunjukkan bagian betis.

Merasa kondisi kaki yang semakin aneh, akhirnya Siregar memutuskan untuk melakukan pengobatan ke dukun. Dan dirinya pun mendapat penjelasan dari dukun tersebut bahwa penyakit ini akibat kesalahannya sendiri pada waktu menebas rumput di kebun semangka menjelang maghrib tersebut. Percaya atau tidak, sebenarnya tanpa sengaja Siregar telah mengenai kaki dari makhluk halus yang berada di seputaran kebun semangka itu. “Mahkluk halus itu sering main di kebun itu saat maghrib,” bebernya.

Semenjak saat itu, dirinya sering mengalami panas demam, telebih lagi ketika terkena hujan maka ia akan langsung sakit. Kendati demikian, dirinya masih bisa menjalani hari seperti biasa baik berjalan, bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Hanya saja, ketika berjalan dirinya sedikit membukuk dan sedikit menyeret kakinya karena merasa berat sebelah, dan ketika duduk kakinya harus tetap lurus karena tidak bisa dilipat. “Itu gak masalah, gak ganggu saya bekerja,” katanya.

Selain itu, Siregar juga mengaku meski keadaan kakinya yang berukuran besar dan terlihat agak aneh ini, namun baik Istri, anak maupun tetangga lingkungan sekitar tidak mengucilkannya. Melainkan tetap menghargai dan menghormati seperti biasanya.

Oleh sebab itu, dirinya tetap semangat untuk bekerja sebagai tukang tampal ban dan minyak eceran demi memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari dengan penghasilan Rp 50 ribu perhari, bahkan telah menyekolahkan kedua anaknya hingga selesai. Namun dirinya masih mengharapkan adanya bantuan dari Pemerintah melalui instansi terkait, setidaknya dapat membantu untuk mencari jalan keluar agar kondisi kakinya bisa normal kembali.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: