Kakek Tua Perajin Kaca Lampu Petromak
Antar Sendiri ke Pelanggan, Biar Lebih Hemat Ditengah ramanya kendaraan melalui lalu lintas jalan, kakek tua berusia 77 tahun ini rela mendorong sepeda tuanya berkilo-kilo meter. Apa yang ia bawa? Simak laporan berikut; EKO PUTRA MEMBARA - Bengkulu PAGI itu, langit di atas Kota Bengkulu mulai menunjukkan awan hitam. Ditengah medungnya suasana pagi, tak menyurutkan niat seseorang untuk melakukan aktivitas. Baik pergi ke kantor, ke toko, ke sekolah maupun ke kampus. Ramainya kendaraan tentunya menjadi hal biasa setiap pagi yang padat aktivitas itu. Namun ada yang mengganjal di pandangan, ketika melintas di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo Tanah Patah Kota Bengkulu. Seorang kakek tua berbadan bungkuk dengan lamban mendorong sepeda ontel tuanya. Secara sepintas, kakek tua berusia 77 tahun ini hampir tak terlihat. Karena tingginya barang yang diikat dibelakang tempat duduk sepeda tua itu, membuat sang kakek dengan tinggi sekitar 150 cm hampir saja tak terlihat. Setelah BE, menyapa kakek tua bersepeda ontel tersebut, ternyata kakek tua bernama Bahtiar ini membawa 6 lusin kaca lampu petromak atau semprong petromak. Terlihat langka memang, tapi perjuangan kakek tua patut diacungi jempol. \"Rencananya mau saya bawa ke Pasar Minggu. Ke tempat penjual kaca lampu, langganan saya,\" ujar Bahtiar saat berbincang dengan BE, kemarin. Bahtiar yang beralamat di RT 6 Kelurahan Panorama Kota Bengkulu, selama satu minggu sekali mengantarkan 6 lusin kaca lampu semprong kepada pedagang langganannya tersebut. Ia sengaja membawanya sendiri dengan sepeda ontel tuanya. Karena menurutnya, lebih hemat mengantarkan sendiri dari pada harus menggunakan jasa Angkot maupun ojek. \"Kalau dibawa sendiri kan lebih hemat,\" tuturnya dengan senyum, sehingga terlihat giginya yang sedikit ompong tersebut. Uniknya, semprong petromak yang hampir punah keberadaanya tersebut, dibuat dengan hasil kerajinannya sendiri. Bahan pun ia dapatkan dari tempat mebel-mebel usaha orang lain. Begitu juga dengan plat besinya, ia dapatkan dari mengumpulkan plat bekas tak terpakai yang ia pungut dari bengkel maupun mebel orang lain. \"Dapat gratis semua bahannya. Jadi kita jual Rp 20 ribu perlusinnya untuk 2 langganan saya yang berada di Pasar Minggu dan Pasar Panorama,\" jelas Bahtiar. Kakek yang hidup sebatang kara di Kota Bengkulu ini, mengaku bahwa tetap optimis menjual kaca semprong petromak ini. Walaupun banyak masyarakat yang tidak memakai lampu petromak tersebut. Tapi di kalangan nelayan, kaca seprong pertomak masih sangat dibutuhkan. \"Biasanya nelayan yang sering beli dan Alhamdulilah lancar setiap minggunya saya jual,\" terang kakek kelahiran Kota Padang ini. Bahtiar yang telah ditinggalkan oleh 6 orang anak dan 1 istri ke Provinsi Jambi tersebut merasa, bahwa kaca lampu semprong ini harus tetap dipertahankan. Karena disamping masih dibutuhkan para nelayan, kaca lampu semprong juga menjadi ciri khas lampu Indonesia zaman dulu. \"Minatnya masih banyak, karena lampu semprong sendiri digunakan sebagai alat kerja. Tidak seperti dulu, dijadikan sebagai penerang rumah saat malam hari,\" imbuh Bahtiar. Gencarnya persaingan usaha yang lebih moderen, tentunya menjadi ancaman usaha kakek tua ini. Apalagi keberadaan lampu petromak sendiri juga akan semakin langka keberadaanya. Sehingga pesanan kaca lampu petromak kini semakin berkurang seiring dengan perkembangan jaman dan program listrik masuk desa. \"Ya kalau tidak ada yang mau beli lagi, mau gimana. Tapi saya mudah-mudahan akan tetap buat, walapun nantinya hanya satu atau dua orang yang belinya,\" tuturnya optimis. Belum lagi ditambah mahalnya harga minyak tanah. Membuat masyarakat lebih memilih untuk dialiri arus listrik dibading dengan menggunakan lampu petromak. \"Ya tidak apa-apa, kalau masih ada rezeki pasti kita dapatkan,\" tuturnya sambil kembali mendorong sepeda tuanya ke arah Pasar Minggu. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: