RL Darurat DBD, Satu Pasien DBD Meninggal Dunia
CURUP, BE - Kasus demam berdarah di Rejang Lebong semakin mengkhawatirkan. Bahkan berdasarkan data yang berhasil dihimpun Bengkulu Ekspress di RSUD Curup selama bulan Januari ini sudah ada satu pasien DBD Rejang Lebong yang meninggal dunia. Pasien DBD yang meninggal dunia tersebut masih dalam kategori anak-anak. Korban meninggal pada hari Jumat (22/1) kemarin. Sebelum meninggal korban yang belakangan diketahui masih berusia enam tahun tersebut sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Curup. \"Untuk alamat pasti korban kita tidak tahu, namun yang pasti orang Rejang Lebong dan orang kawasan perkotaan Curup ini,\" ungkap salah satu petugas medis ruang ICU RSUD Curup, kemarin (24/1). Selain adanya korban yang meninggal, hingga saat ini sejumlah pasien baik yang sudha positif DBD maupun yang masih diduga DBD tengah menjalani perawatan di beberapa ruangan rawat inap yang ada di RSUD Curup. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, setidaknya ada empat ruangan yang dijadikan lokasi perawatan pasien DBD ini, antara lain, ruang anak, ruang penyakit dalam dan ruang rawat bedah. Dan selama bulan Januari 2015 ini setidaknya sudah lebih dari 100 pasien DBD yang dirawat di RSUD Curup. Hal tersebut setelah petugas dimasing-masing ruangan yang merawat penyakit DBD mengaku setidaknya dimasing-masing ruangan sudah ada 40 pasien baik yang diduga DBD maupun sudah postif DBD yang mereka rawat. \"Untuk ruang penyakit dalam ini, masih ada sembilan pasien DBD, yaitu dikelas dua dan tiga sebanyak 5 orang dan kelas satu sebanyak 4 orang,\" ungkap salah satu perwat ruang penyakit dalam yang enggan disebutkan namanya. Selain masih menjalani perawatan di RSUD Curup, pasien DBD ini juga ada yang dirujuk baik ke rumah sakit yang ada di Kota Bengkulu bahkan hingga ke Palembang. Selain masyarakat umum, perawat di RSUD Curup juga tidak luput dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti tersebut. Setidaknya dua perawat di ruang anak RSUD Curup yang telah menderita DBD. \"Kita juga pernah meminta untuk dilakukan fogging di rumah sakit ini, karena selain nyamuk memang banyak, dua rekan kami juga sudah kena DBD yang kemungkinan besar tertular saat berada di rumah sakit ini,\" ungkap perawat ruang anak yang juga enggan disebutkan anaknya. Banyaknya nyamuk di RSUD Curup tersebut juga diamini oleh salah satu keluarga pasien DBD yang tengah menjalani perawatan di ruang bedah RSUD Curup, Ny Almaini. Menurut Istri mantan Direktur RSUD Curup tersebut pihaknya terpaksa memasang obat anti nyamuk di ruang perawatan anaknya. \"Ya kami terpaksa memasang obat nyamuk karena dirumah sakit ini banyak sekali nyamuk,\" jelasnya. Yang dirawat kemarin adalah dua orang anaknya, mereka terpaksa menggunakan ruang bedah karena ruang penyakit dalam yang biasa digunakan untuk merawat penyakit DBD ini sudah penuh. Sehingga pihak manajemen berinisiatif untuk memindahkan anaknya ke ruang bedah. \"Untuk tempat kami yang terserang DBD ini sudah 6 orang, empat diantaranya sudah keluar dari rumah sakit ini,\" tambahnya. Dalam mengantisipasi penyebaran penyakit DBD di Gang Campur Sari Kelurahan Talang Ulu sudah dilakukan fogging. Hanya saja fogging yang dilakukan tersebut dirasakan tidak maksimal karena terkesan hanya asap saja tanpa ada racun nyamuk. Foggingpun bukan dilakukan langsung oleh dinas kesehatan namun oleh warga sekitar saja. \"Untuk bubuk abatepun kami tidak dapat, jadi kami terpaksa beli sendiri diapotek,\" akhirnya. Sementara itu, untuk memutus matai rantai penularan DBD di Kabupaten Rejang Lebong. Kepala Bidang Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Nunung Tri Mulyanti SKM MKes, mengungkapkan dalam waktu dekat ini pihaknya melalui delapan Puskesmas yang ada di Kota Curup akan menggelar kegiatan gebrak DBD. \"Kegiatan gebrak DBD ini akan dilakukan bergantian mulai tanggal 27 Januari hingga 9 Februari di delapan Puskesmas yang ada dikawasan Kota Curup,\" jelas Nunung. Selain itu, langkah lain yang mereka lakukan untuk mengantisipasi DBD ini yaitu dengan melibatkan kaum pelajar dengan membentuk agen pemantau jentik nyamuk. Untuk tahap pertama agen pemantau jentik ini mereka bentuk di SDN 4 Curup Selatan. Kegiatan pembentukan agen pemantau jentik ini akan dilakukan berkala bukan hanya pada tingkat sekolah dasar namun juga pada tingkatan lainnya. \"Diharapkan para pelajar ini nantinya bisa menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat baik dilingkungan rumah maupun lingkungan sekolah sehingga bisa memutus mata rantai penyebaran DBD ini,\" harap Nunung.(251)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: