Masyarakat Ekonomi Asean Segera Tiba
Tak Siap, Bakal \'Terjajah\' BENGKULU, BE - Kurang dari 4 bulan lagi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas akan masuk ke Indonesia, tak terkecuali masuk ke Provinsi Bengkulu. Pasar bebas ini tidak hanya orang luar negeri bebas berjualan atau berusaha di Indonesia, tapi juga tenaga kerja asing (TKA) akan bebas masuk mencari pekerjaan di Indonesia. Provinsi Bengkulu sendiri sejauh ini dinilai belum siap untuk menyambut \'tamu tak diundang\' tersebut, sebab, dari berbagai sektor Provinsi Bengkulu memang dibutuhkan persiapan yang lebih matang lagi. Rektor Universitas Bengkulu, Dr Ridwan Nurazi MSc mengungkapkan, yang akan menjadi masalah terbesar Bengkulu dalam menyongsong MEA ini adalah sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah dan ini menjadi ancaman serius bagi putra putri asli daerah. \"Siap tidak siap kita harus terima dan MEA tidak bisa dicegah kehadirannya. Sebab, MEA ini sudah lama dicanangkan oleh pemerintah pusat bahwa Desember 2015 MEA akan masuk ke Indonesia. Jika kita benar-benar tidak siap, maka risikonya kita memang tercatat sebagai bangsa dan negara yang merdeka, tapi perekonomian kita akan dijajah oleh orang luar negeri,\" ungkap Ridwan kepada BE. Menurutnya, dengan MEA tersebut tidak ada lagi larangan orang luar negeri untuk berusaha atau menguasai perekomian masyarakat Bengkulu, karena orang Indonesia termasuk Bengkulu juga tidak dibatasi untuk bekerja atau berusaha ke luar negeri. \"Jangan heran nanti kalau pedagang asal Vietnam berjualan beras di Mega Mall Bengkulu,\" ujarnya. Menurutnya, masih ada waktu bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu dan pemerintah kabupaten dan kota untuk mempersiapkan SDM masyarakatnya, yakni disamping meningkatkan kualitas pendidikan juga dengan melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan. Karena keterampilan merupakan garda terdepan sebagai modal persaingan. \"Kalau sekarang kita lihat sendiri, selain pendidikan masyarakat kita masih yang rendah, mereka juga tidak memiliki keterampilan karena tidak ada pelatihan. Harusnya kalau menurut pemikiran saya, 2 tahun belakangan ini pemerintah daerah harus gencar melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan, tapi kenyataannya kita lihat biasa-biasa saja dan tidak ada progrem dari pemerintah,\" jelasnya. Jika masyarakat tidak terampil, lanjutnya, dipastikan akan kalah bersaing. Termasuk kawasan oleh-oleh asli Bengkulu yang terdapat di Jalan Soekarno-Hatta Bengkulu bakal tidak lagi dilirik orang jika ada barang yang sama namun lebih berkualitas dan bisa didapat dengan harga lebih murah. \"Perlu dicatat, kebiasaan orang kita ini adalah lebih bangga menggunakan produk luar negeri dibandingkan menggunakan produk sendiri. Ini juga ancaman bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kita,\" urainya. Mengenai masuknya tenaga kerja asing, Ridwan meminta boleh bebas namun tidak sebebas-bebasnya. Pasalnya di Provinsi Bengkulu ini banyak perusahaan orang luar yang pasti akan merekrut tenaga kerja dari negara asalnya karena mereka ingin mengeruk hasil bumi Bengkulu untuk dibawa ke negaranya. Untuk mengatasinya, pemerintah daerah diminta untuk memperketat visa masuknya orang asing ke Bengkulu. \"Visanya harus jelas dan harus diawasi, kalau memang tujuan mereka untuk bekerja, maka harus ada kontribusinya bagi daerah. Sebaliknya, kalau visa mereka hanya untuk rekreasi, maka tidak dibolehkan untuk menetap bekerja,\" tegasnya. Selain itu, ia juga mengimbau kepada Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk selektif dalam memilih investor yang ingin mendirikan perusahaan atau berinvestasi di Bengkulu. \"Jika tidak hati-hati, maka anak cucu kita sendiri yang akan merasakan dampaknya, karena hasil bumi kita dikeruk habis-habisan dan hasilnya dibawa ke negara asalnya,\" pungkas Ridwan. (400)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: