Keranda dan Foto Jokowi Dibakar

Keranda dan Foto Jokowi Dibakar

BENGKULU, BE - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Himpunan Muslim Indonesia (HMI) Bengkulu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) dan BEM Universtitas Bengkulu, menggelar aksi sebagai bentuk penolakan harag BBM di kantor DPRD Provinsi Bengkulu pukul 09.00 WIB kemarin (19/11). Sebelum tiba di kantor DPRD, para mahasiswa ini longmarch dari Kampus Poltekkes Kemenkes Provinsi Bengkulu menuju kantor DPRD dengan mendorong sepeda motor. Sedangkan pendemo lainnya tampak membentangkan spanduk yang bertuliskan \"BBM Naik Jokowi Turun\", \"Usut Mafia Migas\" dan membabawa keranda mayat yang bertuliskan \"Keranda Jokowi\" serta foto Jokowi dikalungkan bunga. Setiba digerbang kantor DPRD, massa ini dihadang oleh aparat dari Pasukan Anti Hura Hara Polda. Saat itu para mahasiswa pun berorasi secara bergantian untuk membakar semangat pendemo. \"Selama ini Jokowi benar-benar terlihat  polos dan berpihak kepada rakyat kecil, namun semua bohong dan palsu. Karena dimasa pemerintahannya yang belum cukup 1 bulan, Jokwoi sudah menaikkan harga BBM,\" teriak Korlap Aksi Carminanda berorasi. Mahasiswa UMB ini menyebutkan, pada tahun 2012 Jokoki dan partainya PDIP begitu getol menolak kenaikan BBM saat ingin dinaikkan oleh Presiden SBY. Akibatnya kenaikan pun dibatalkan. Namun secara berkuasa dan sudah mendapatkan dukungan rakyat untuk menjadi presiden, Jokowi terlihat beringas seoalah-olah tidak lagi membutuhkan masyarakat kecil. \"Ini kami membawa Keranda Jokowi. Ini menandakan bahwa nurasi Jokowi terhadap rakyat sudah mati dan kami juga mengantarkan jasad Jokowi ke pemakamannya,\" ungkapnya. Suasa demo yang penuh dengan orasi itu terhenti saat Wakil Ketua II DPRD Provinsi Bengkulu, Suharto SE MBA bersama anggota dewan lainnya menemui para pendemo dan meminta 10 perwakilan pendemo untuk masuk melakukan hearing. Disaat 10 orang perwakilan mahasiswa tengah hearing dengan anggota dewan, mahasiswa yang tinggal diluar terus berorasi. Mulai dari menghujat Jokowi dan PDIP hingga menyanyikan yel-yel. Puncaknya, mahasiswa yang mulai lelah ini membakar keranda dan foto Jokowi yang sudah dikalungkan bunga tersebut. Petugas kepolisian yang berjaga hanya menonton aksi para mahasiswa tersebut. //Hearing Berjalan Panas Dalam kearing itu, perwakilan dari UMB, Carminanda menyampaikan tuntutanya. Setidaknya ada 7 tuntan mahasiswa ini, yakni pertama, tolak kenaikan harga BBM. Karena  kenaikan harga BBM hanya akan menyengsarakan rakyat dan menguntungkan perusahaan-perusahaan minyak swasta, terutama swasta asing. Kedua, nasionalisasi indsutri mintak dibawah kontrol rakyat!. Putuskan kontrak-kontrak migas yang merugikan rakyat dan perekonomian nasional sesuai dengan pasal 33 ayat 3 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat. Ketiga, massa meminta revisi UU Migas dan UU energi agar sesuai dengan kepentingan rakyat. Keempat, peran pemerintah daerah dalam pengawasan pengguna BBM bersubsidi kerana dinilai penggunaan BBM tidak tepat sasaran. Kelima, benahi transfortasi publik dan massal untuk mendorong penggunaan kendaraan pribadi beralih ke transfortasi publik. Keenam, naikkan upah minimum buruh dan ketujuh,  turunkan Joko Widodo karena pengambilan keputusan yang bersifat otoriter. \"Kami minta DPRD Provinsi Bengkulu ikut berjuang bersama-sama kami agar Jokowi kembali menurunkan harga BBM, jika tidak, maka Jokowi yang harus turun dari presiden,\" lantangnya. //Hearing Nyaris Ricuh Suasa hearing pun meningkat bahkan nyaris terjadi adu mulut antara mahasiswa dan anggota dewan yang hadir. Hal itu dipicu mahasiswa mendesak anggota yang hadir tersebut, yakni Wakil Ketua II Suharto, Ketua Komisi I sekaligus politisi PDIP  khairul Anwar, Seption Muhadi (PKB), Arsop Dewana SE (Hanura) Ketua Fraksi Gerindra Jonaidi SP, dan Asrul Ashadi (Gerindra). \"Jika memang bapak-bapak mendung penolakan BBM ini, maka kami minta menandatangani surat pernyataan bahwa menolak kenaikan BBM ini,\" pintanya. Permintaan itu mendapat penolakan dari Suharto, dengan alasan secara pribadi dan fraksi ia mendukung penuh penolakan tersebut. Namun secara lembaga DPRD Provinsi Bengkulu, ia mengaku tidak bisa karena DPRD sendiri ada prosedurnya yakni harus disetujui oleh ketua dan semua anggota DPRD. \"Kalaupun saya tandatangani surat penolakan ini, akan percuma karena sendirian tidak bisa mewakili DPRD. Karena itu kami harus berkoordinasi dulu dengan pimpinan yang lain,\" tolaknya. Setelah berdebat sekitar 1 jam, akhirnya mahasiswa mengalah dan kembali bergabung ke mahasiswa lainnya yang terus berorasi di depan gerbang. Hanya saja para mahasiswa itu meminta Suharto dan anggota DPRD lainnya menjelaskan kepada pendemo terkait pihaknya tidak bisa memberikan dukungan atas nama DPRD Provinsi Bengkulu.  Usai mendengar penjelasan Suharto itu, mahasiswa pun membubarkan diri namun mengancam akan kembali dengan jumlah massa yang lebih besar.(400)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: