Tabot Sihir Bengkulu, Pusat Kota Jadi Lautan Manusia

Tabot Sihir Bengkulu, Pusat Kota Jadi Lautan Manusia

\"RIO-ARAK-ARAKAN BENGKULU, BE - Perhelatan tabot tebuang menyihir warga Bengkulu, siang kemarin. Puluhan ribu manusia yang terdiri dari wisatawan nasional, wisatawan lokal, PNS, pelajar, karyawan swasta dan penduduk setempat memadati seluruh badan jalan sepanjang 4 Km sejak dari Kampung Cina hingga Makam Karbela di Tanah Patah. Tabot sakral diletak di posisi paling depan. Dibelakangnya menyusul tabot imam dan tabot bangsal. Setiap tabot memiliki hiasan yang berbeda-beda sekaligus unik seperti ada yang menyerupai bentuk kuda terbang berkepala manusia atau biasa disebut buraq, ada berbentuk burung, ikan dan hewan lainnya. Pembuangan tabot yang berjumlah 33 buah ini dilepas oleh Gubernur Bengkulu, H Junaidi Hamsyah tepat pukul 11.30 WIB di Gedung Daerah Provinsi Bengkulu. Selanjutnya tabot itu diarak melintasi Jalan Ahmad Yani Kampung Cina menuju Soeprapto - Simpang Lima. Disimpang Lima ini, Tabot pun berpisah. Tabot Pembangunan yang berjumlah 16 buah diarak melintasi Jalan Fatmawati, Penurunan dan dilanjutkan ke Pantai Panjang dan kembali di kediaman KKT yang terdapat di Kelurahan Lempuing. Sedangkan 17 buah Tabot Imam atau Tabot Sakral diarak menuju Simpang SKIP dilanjutkan ke Karbela atau Makam Syekh Burhanuddin. Pada sekitar pukul 14.00 WIB, iring-iringan tabot tiba di Makam Karbela. Makam Karbela merupakan tempat dikuburkannya Imam Senggolo atau Syekh Burhanuddin, sang pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Sejumlah Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) Bencoolen telah berkumpul lebih dulu untuk melaksanakan ritual terakhir. Sementara alat-alat yang digunakan dalam proses ritual ini terdiri dari beras ketan, pisang emas, tebu, jahe, dadeh, gula aren, gula pasir, kelapa, ayam, daging, bumbu masak, kemenyan, candu dan lain-lain. Seluruhnya dijadikan sebagai bahan kenduri dan sesaji. Karena dipandang bernilai magis, acara ini hanya bisa dipimpin oleh Dukun Tabot yang tertua, yakni Ketua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) Bencoolen, Ir Achmad Syiafril Syahbuddin. Selesai acara ritual, seluruh bangunan tabot dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan kompleks makam tersebut. \"Tabot tebuang ini menyiratkan dibuangnya kebiadaban, keburukan, dan kesombongan,\" kata Syiafril. Sebelum pelepasan, Ketua Kerukunan Tabot (KKT) Ir Syiafril Syahbudin kembali menegaskan bahwa ritual tabot tersebut bukan syirik, melainkan hanya mengenang wafatnya Al Husen cucunya Nabi Muhammad di Karbela, Iran. Kerjasama dengan Iran Sementara itu, Konselor Kebudayaan Republik Islam Iran untuk Indonesia, Hojatullah Ebrahimian PhD dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa pada hari yang sama lebih dari 70 juta rakyat Iran juga tengah memperingati wafatnya Husen dan terdapat kesamaan cara mengenang wafatnya cucu Nasi Muhammad SAW itu antar Iran dan Bengkulu. \"Jarak Iran dengan Kota Bengkulu sekitar 10 ribu kilo meter, tapi hati kita sangat dekat sekali karena kita sama-sama meyakini Al-Qur\'an, mengamalkan perintah Allah dan meneladani  Rasulullah SAW. Masyarakat Bengkulu dan Iran, yakni menerima Islam dengan damai,\" ujarnya. \"Tabot yang ada di Bengkulu ini kurang lebih sama seperti tabot di Iran dalam rangka mmperingati meninggal Husen, Saya harapkan gubernur dan pejabat lainnya untuk dekatkan Iran dengan Bengkulu yang diikat dalam sebuah MoU,\" lanjutnya dalam bahasa arab yang diterjemahkan oleh orang Indonesia. Sementara itu, Gubernur Bengkulu, H Junaidi Hamsyah menyambut rencana pembuatan MoU antar kedua negara tersebut. Dan pihaknya akan mengkaji bentuk MoU dan kontribusi yang diberikan oleh Iran ke Bengkulu atau sebaliknya. \"Kita tidak bisa sembarangan MoU saja, nanti kita kaji dulu bentuk kontribusinya apa, baik kontribusi Bengkulu kepada Iran maupun kontribusi Iran kepada Bengkulu,\" jelasnya. Wagub Nilai Biasa Jasa Dibagian lain, Wakil Gubernur Bengkulu, Sultan B Najamudin menilai pelaksanaan festival Tabot tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni tidak ada kesan lebih, melainkan biasa-biasa saja. \"Idealnya memang dibuat lebih bsar lagi. Dulu zaman Agusrin bisa mendatangkan 23 Dubes. Untuk membuat event yang spektakuler itu memang butuh ide, bukan hanya menyelenggarakannya sebagai agenda tahuan saja,\" katanya. Sultan juga mengaku sangat menyayangkan perayaan tabot yang hanya digelar biasa-biasa saja tersebut, mengingat tabot adalah aset kebudayaan Bengkulu sehingga harus ada peningkatan dari tahun ke tahun. \"Kepala daerah harusnya merasa ini adalah aset, dan kita sendiri yang harus mengembangkannya,\" imbuhnya. Adik kandung Agusrin ini juga mengakui, bahwa ia sama tidak terlalu dilibatkan kegiatan tersebut, sehingga ia pun tidak bisa memberikan saran dan ide untuk pelaksanaannya. \"Saya janji, kalau saya terlibat dari awal, saya akan membuat tabot ini luar biasa. Jujur, dalam pelaksanaan festivak ini saya tidak terlalu terlibat, saya tidak pernah diajak bicara,\" ungkapnya.(009/400)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: