Pulang Haji, Jamaah Wajib Tes Kesehatan

Pulang Haji, Jamaah Wajib Tes Kesehatan

Antisipasi Virus MERS & Ebola JAKARTA - Jelang musim haji, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mewaspadai potensi penularan dua virus yang mewabah di Arab Saudi. Yakni, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) dan Ebola. Karena itu, Kemenkes mewajibkan jamaah haji Indonesia menjalani tes kesehatan setiba di tanah air. Pemeriksaan kesehatan dilakukan selama 21 hari, terhitung dari hari pertama tiba di tanah air. Para jamaah haji diwajibkan memeriksakan kondisinya di layanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau klinik. Mereka akan dilengkapi dengan buku saku kesehatan haji. \"21 hari setelah sampai harus tetap memeriksakan diri ke puskesmas,\" kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Fidiansyah di Jakarta kemarin (20/8). Ketentuan itu diterapkan untuk memantau kesehatan para jamaah setelah melaksanakan ibadah haji di tanah suci. Langkah tersebut sekaligus untuk melakukan deteksi dini bilamana ada jamaah yang terifeksi dua virus MERS atau Ebola. Selain upaya tersebut, Kemenkes juga telah memasang scanner thermal di seluruh bandara pemberangkatan (embarkasi) dan kepulangan (debarkasi) jamaah haji. Poster dan pamflet terkait dua virus mematikan itu disiapkan dalam tas-tas jamaah yang akan terbang ke Saudi. Fidiansyah mengaku belum ada tindakan khusus yang akan diberikan pada jamaah haji Indonesia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka hanya akan diberi vaksin meningitis. Di sisi lain, sejauh ini vaksin untuk ebola maupun MERS belum ditemukan. Dia menghimbau para jamaah berperilaku hidup bersih, makan-makanan bergizi, dan senantiasa memakai masker. \"Vaksin dan obat masih belum ada. Jadi, yang bisa dilakukan adalah menjaga kesehatan dengan perilaku hidup sehat dan bersih. Dengan demikian, daya tahan tubuh pun akan terjaga,\" terang Fidiansyah. Dia juga meminta jamaah tidak panik. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status negara-negara endemik ebola, yakni, Nigeria, Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, dalam kondisi darurat global. Dengan begitu, peluang orang untuk keluar-masuk negara endemik emakin kecil. \"Karena keluar-masuknya pasien kecil, kekhawatiran tidak perlu dimunculkan karena tidak ada pengantarnya. Sehingga akan sangat minim peluang interaksi dengan orang-orang dari negara endemik,\" jelasnya. (mia/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: