Terbunuhnya Perwira Inggris
Bengkulu Doeloe dan Bengkulu Kini (5) Oleh H Kaharuddin Thahrir, BSM. (Pengamat Sosial Politik dan Agama) “Bengkulu Doeloe dan Bengkulu Kini” ditulis hanya esensinya saja, tidak dipaparkan secara lengkap. Faktor penyebabnya adalah terdesak oleh kesibukan dan waktu yang sangat sempit. Jadi kami utamakan masalah atau peristiwa-peristiwa daerah yang belum banyak di expose oleh pers atau media nasional baik media elektronik maupun media cetak. Demikian pula judul berbunyi “Perwira Inggeris dibunuh oleh PKR Bengkulu pada tanggal 5 November 1945 di Pasar Bengkulu”, yakni 5 hari sebelum peristiwa Heroik 10 November 1945 di Surabaya. Peristiwa ini terjadi justru keadaan tentara fasisme Jepang masih dalam keadaan siap siaga dengan senjata lengkap dengan bayonet yang terhunus. PKR Bengkulu di bawah pimpinan Nawawi Manaf harus bertanggung jawab untuk menyerahkan diri kepada tentara Inggeris yang hakekatnya adalah Belanda yang menyamar sebagai tentara Sekutu. Inggeris mengancam bila pembunuh perwira Inggeris yang dibunuh itu tidak segera diserahkan dalam hitungan jam, Kota Bengkulu akan diserang dengan meriam dari kapal perang Inggeris yang sudah siap membombardir. Untuk mencegah kehancuran rakyat dan kota Bengkulu, maka Nawawi Manaf dengan 10 (sepuluh) kawan seperjuangan menyerahkan diri melalui penangkapan besar-besaran oleh tentara/ Kompetai Jepang. Adapun nama tokoh pejuang 1945 yang ditangkap oleh Inggeris tersebut adalah yaitu Nawawi Manaf, M. Syafi’i Ibrahim, Sofyan Kasim, Anas Marzuki, Z. Asikin Naum, M. Yunus Muhammad, Nawawi Zakirin, M. Daud Ilyas Bakti, Aminuddin Akir. Sepuluh orang pejuang tersebut diangkut oleh Kapal Perang yang semula tidak diketahui akan dibawa entah kemana. Adapun Perwira Inggeris yang dimaksud yaitu Trevoro, Kapten Smith, Kapten Dr. M. Yere. Pembunuhan perwira Inggeris yang mempunyai persenjataan serba lengkap tersebut sebenarnya semacam “keteledoran” atau dapat juga disebut semacam “ablessing indisguese” atau rahmat terselebung. Betapa tidak Pak M. Syafi’i Ibrahim sebagai Komandan Penghadangan perwira Inggeris yang secara tiba-tiba mau menuju ke Lebong Tandai khawatir kalau mereka tidak mau dicegat dengan pertimbangan PKR hanya bersenjata tombak/ bambu runcing dan senjata tajam. Ketika Pak M. Syafi’i Ibrahim melaporkan kepada Pak Nawawi Manaf, diberi isyarat kepada Pak M. Syafi’i Ibrahim dengan aba-aba: “cucuk-cucuk dengan tombak itu!”. Diluar perkiraan tiba-tiba rombongan perwira Inggeris itu sudah sampai di depan Pak M. Syafi’i, langsung perwira Inggeris yang pegang stir mobil sedan itu membuka pintu mobil dan langsung menodongkan pistol ke arah Pak M. Syafi’i. Spontan M. Syafi’i memerintahkan kepada pasukan. Tanpa fikir panjang anggota pasukan yang sudah standby menghujamkan tombak bambu runcing kepada perwira Inggeris itu terutama yang ada di dalam mobil melalui kaca depan, langsung tewas perwira Inggeris tersebut di dalam mobil sedan itu. Seorang perwira konon bernama Kapten Smith dapat ditangkap hidup-hidup. Kebetulan dekat dengan TKP ada kambing yang sedang diikat. Ikatan kambing itu dilepaskan lalu talinya diambil untuk mengikat perwira yang tertangkap tadi dan diikatkan pada pohon kelapa di dekat TKP. Karena keributan yang begitu rupa sehingga lengah yang berakibat perwira yang diikat tadi tali pengikatnya lepas. Dia lari ke arah pinggir pantai terus berenang ke laut sambil sebelumnya melepaskan tembakan dengan siapa saja yang dianggap menghalanginya melarikan diri hingga pelurunya habis. Konon pistol yang kehabisan peluru itu dibuang ke laut atau pasir. Oleh 2 (dua) orang pejuang masing-masing bernama Aziz dan Suib mengejar dengan sampan ke tengah laut sampai tentara Inggeris itu dapat diambil oleh motorboat yang datang dari Pelabuhan lama. Perlu diinformasikan bahwa seorang pejuang yang bernama Suib (pensiunan Brimob, sekarang masih hidup). Sedangkan pejuang yang menombak Inggeris tadi adalah bernama M. Daud yang waktu itu baru berusia 16 tahun. PKR rampas senjata dan dokumen 3 buah FN., kaliber 4,5 3 buah juggle riffle, Beberapa kotak peluru, baik peluru F.N., maupun peluru Junggle Riffle, Beberapa blok kain berwarna merah, putih dan biru. Semua senjata dan peluru-peluru diserahkan kepada pimpinan pasukan M. Syafi’i Ibrahim dan barang-barang lain disimpan di Markas PKR Tengah Padang. Dari isi dokumen yang dapat disita dari mobil yang dipakai oleh tiga perwira Inggeris itu dapat diketahui nama 3 perwira Inggeris tersebut, masing-masing Trevoro, seorang bekas employer pada tambang emas MMS di Lebong Tandai. Dia adalah seorang Inggeris tetapi berkewarganegaraan Belanda (naturalisasi). Kapten Smith, anggota pasukan Inggeris, Kapten Dr. Myecree, anggota pasukan Inggeris, Mereka akan pergi ke Lebong Tandai. Dalam upaya konsolidasi diluar organisasi PKR diadakan pertemuan pembentukan organisasi barisan Pemuda Indonesia dengan susunan: Ketua Nawawi Manaf, Wakil Ketua M. Z. Ranni, Sekretaris Hadis Rani, Wakil Sekretaris Inuh Mustapa. Pasukan Rahasia R. Iskandar, Bagian Penyelidik Zahari tani, Kiagus M. Toha Z. Abidin Gavur, Perhubungan K. Hadi, Kontak Biro A. Rusli Pimpinan Pasukan M. Syafi’i Ibrahim. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: