Habibie dan Ainun Gantikan Soekarno
Film Pilihan Balinale International Film Festival 2013
JAKARTA – Christine Hakim, 56, memiliki harapan besar terhadap Balinale International Film Festival (BIFF), festival film internasional yang dibuat Christine Hakim dan temannya, Deborah Gabinetti. Tahun ini BIFF akan diselenggarakan pada 3–10 Oktober 2013 di Cinema XXI, Beachwalk, Kuta, Bali. Itu bersamaan dengan penyelenggaraan KTT APEC, 5–7 Oktober 2013.
Festival yang tahun ini berlangsung kali ketujuh tersebut memiliki beberapa event yang bersinergi dengan KTT APEC. ’’Ada event di mana nanti film Indonesia ditonton oleh pemerintah dan perwakilan peserta APEC. Film itu adalah Habibie & Ainun,’’ kata aktris yang membintangi film Eat, Pray, Love bersama Julia Robert tersebut saat ditemui di @america, Pacific Place, Jakarta.
Sejatinya, pihaknya menginginkan film milik Hanung Bramantyo, yakni 2014 (dikerjakan Hanung bersama Rahabi Mandra) dan Soekarno: Indonesia Merdeka, yang dipertontonkan di hadapan rombongan KTT APEC. ’Tapi, kan isunya sangat sensitif ya. Akhirnya, yang dipilih adalah Habibie & Ainun. Film Habibie & Ainun juga salah satu film Indonesia yang sangat bagus,’’ tuturnya.
Hingga penyelenggaraan tahun ketujuh, pihaknya masih kesulitan mendapatkan dukungan dana pemerintah. Meski mengusahakan dana sendiri, dia bersyukur karena banyak insan perfilman dari dalam dan mancanegara yang mendukung. ’’Tahun lalu kami memutar 35 film dari 13 negara. Tahun ini ada 60 film dari 21 negara. Dan, film Indonesia yang ikut juga makin banyak,’’ jelasnya.
Film terbaru Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon, akan tayang perdana di BIFF. Begitu juga film 2014 yang dibintangi Ray Sahetapy, Atiqah Hasiholan, Maudy Ayunda, Rio Dewanto, dan Rizky Nazar. Lalu, ada film Air Mata Terakhir Bunda karya Endri Pelita. Sementara itu, film yang akan melakukan Asian premiere, antara lain, American Songwriter (AS) karya Michael Altman, Tatarakihi: The Children of PARIKAHA (New Zealand), dan Born to Sing (Korea).
Christine berharap ke depan festival film tersebut tetap ada dan bisa menjadi besar seperti festival film di luar negeri. Dia lalu mencontohkan Busan International Film Festival di Korea. Festival tersebut, kata dia, sekarang menjadi festival film besar. ’’Sebab, pemerintahnya juga ikut mendukung dana. Nah, Festival Balinale ini sepertinya dianggap tidak penting. Kenyataannya tidak direspons. Tapi, kami tetap berjalan. Memang tidak bisa berbuat lebih,’’ katanya.
Untuk meng-cover pendanaan, ada beberapa sponsor dan sistem barter. ’’Misalnya, untuk hotel, dibarter dengan kebutuhan mereka. Cash sih sedikit sekali,’’ urainya. Meski lambat, Christine melihat ada kemajuan dari tahun ke tahun. Salah satunya kepercayaan terhadap film Indonesia. Mungkin perfilman Indonesia belum semaju Bollywood. Tapi, dia percaya suatu saat akan seperti itu.
’’Tom Cruise pernah transit ke airport India demi untuk mendengar langsung penayangan film terbarunya mundur karena harus berhadapan dengan film terbaru Shah Rukh Khan. Semoga suatu saat Tom Cruise datang ke Bandara Soekarno-Hatta untuk memastikan sendiri filmnya di Indonesia mundur tayang karena ada film box office karya negeri,’’ paparnya. (jan/c6/any)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: