Bengkulu Ditarget Produksi Kedelai
BENGKULU, BE - Pemerintah Pusat menargetkan Provinsi Bengkulu tahun ini membudidayakan tanaman kedelai seluas 8.147 hektar dengan produksi 8.055 ton setahun. Hal itu terkait kelangkaan dan meroketnya harga kedelai di kalangan produsen makanan tahu dan tempe. \"Lahan swadaya petani untuk tanaman kedelai yang ada saat ini di Provinsi Bengkulu seluas 2.547 hektar. Atau masih kurang 5.600 hektar lagi dari target pemerintah pusat,\" jelas Kepala Dinas Pertanian Provinsi Ir. Edi Nevian, kemarin. Dia mengatakan, komoditi kedelai sangat penting. Sebab itu, pihaknya terus berupaya melakukan budidaya kedelai. Selain bantuan benih dari pemerintah pusat, pihaknya juga terus lakukan subsidi benih kepada petani. Namun, pengembangan komoditi kedelai ini memiliki kendala. \"Budidaya kedelai terkendala dengan iklim tropis,\" katanya. Dia mengatakan, tanaman kedelai sangat cocok di daerah dataran tinggi. Sehingga Eropa dan Amerika menjadi produsen utama kedelai dunia. Selain berkualitas, kedelai asal Eropa dan Amerika dijual dengan harga murah. \"Sehingga pemerintah pusat mengimpor kedelai,\" terangnya. Sebaliknya, produksi Kedelai Indonesia berkualitas rendah, mulai ukuran hingga rasanya. Petani di Bengkulu juga menurut Edi tidak berani mengambil risiko karena pembudidayaan kedelai terbilang rumit. \"Satu hektar maksimal menghasilkan dua ton. Tapi umumnya satu hektar satu ton. Harga kedelai beberapa waktu lalu perkilo Rp 5 ribu,\" jelasnya. Artinya satu hektar lahan petani hanya mendapatkan Rp 5 juta setiap 4 bulan atau masa panen. Belum lagi perawatan yang harus intens karena rumput yang cepat tinggi dan rentan hancur terkena hujan. Di Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong pernah menjadi sentra tanaman kedelai. Selain berada di dataran tinggi, tanah dilokasi itu cocok untuk pengembangan kedelai. tetapi, saat ini di daerah itu mayoritas petani beralih tanaman keras. \"Kesulitan tidak sampai disitu,\" jelasnya. Edi mengatakan, tahun ini lelang pengadaan melalui LPSE untuk bibit kedelai belum ada peminat. Karena benih bibit kedelai di Indonesia sangat langka. \"Kita tahun ini ada anggaran pengadaan benih, tapi tidak ada perusahaan atau pengusaha yang menawarkan. Dikhawatirkan tidak ada yang ikut lelang. Tapi kita terus berupaya,\" ujarnya. Senada disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Muslih. Menurutnya kedelai lokal kalah bersaing dengan kedelai impor. Baik dari sisi harga, kualitas dan rasa. Kondisi itu diyakininya menjadi penyebab utama petani kedelai di Indonesia banyak beralih pada komoditi lain. \"Dari sisi ketahanan pangan, tidak berbicara lokal atau berasal dari luar (impor). Asal ada, darimanapun asalnya yang penting tersedia,\" terangnya.(100)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: