Masa Depan Internet Selular Ada di Asia

Masa Depan Internet Selular Ada di Asia

NEWYORK - Masa depan internet dunia diyakini bakal ada di Asia. Merujuk tingkat pertumbuhan pengguna internet selular di negara-negara berkembang, di Asia kini naik 27 kali lipat sejak 2007, menyalip negara-negara maju.

Kondisi ini didorong ledakan pertumbuhan penjualan ponsel pintar tingkat atas pada lima tahun terakhir hingga mencapai titik jenuh dan industri senilai USD 2 triliun. Itu termasuk keberadaan operator telekomunikasi, pembuat ponsel dan penyedia konten yang menyiapkan diri atas tantangan baru karena pertumbuhan bergeser ke pasar-pasar ekonomi baru, terutama Asia.

Menurut Independent (24/7), babak pertumbuhan berikutnya akan terjadi di pasar-pasar Asia, tempat para pengguna yang memperhitungkan biaya menuntut alat dan akses yang lebih murah untuk pelayanan lebih terjangkau.

\"Untuk tahun ini saja, jumlah pengguna internet seluler (mobile) di negara-negara berkembang akan menyalip negara- negara maju untuk pertama kalinya, dengan pertumbuhan 27 kali lipat sejak 2007, dibandingkan pertumbuhan empat kali lipat di negara maju,\" kata sumber Independen dari International Telecommunication Union (ITU).

Banyak pengguna ponsel baru ada di Asia Pasifik. Wilayah ini memiliki lebih banyak pengguna internet selular dibandingkan dengan gabungan dari Eropa dan Amerika. “Asia akan menjadi tenaga pendorong pertumbuhan global untuk dua dekade berikutnya,” ujar Scott Lee, kepala divisi Asia pada Appsnack, bagian dari perusahaan iklan digital di AS, Exponential Interactive.

Pertumbuhan ini juga didorong para pengguna gadget yang harganya lebih murah dibandingkan dengan di negara-negara berkembang. Komponen yang lebih murah, akses yang mudah dan cepat untuk sistem versi terbaru  Android milik Google Inc akan memicu naiknya pengguna internet.

China, yang menjadi pasar selular terbesar dunia dimana hanya sekitar seperlima dari 1 miliar pengguna menggunakan teknologi 3G , kini muncul sebagai medan pertempuran sengit untuk ponsel pintar. Setiap ceruk ada penantang lokal yang berbeda, seperti Xiaomi yang mirip iPhone namun berharga setengah dari iPhone 5.

Begitu juga di India, pasar selular terbesar kedua di dunia, dengan harga telepon Android kelas bawah yang berkurang setengahnya dalam setahun terakhir menjadi sekitar USD 50 atau 500 ribu. Tahun depan, diperkirakan harga-harga akan turun USD 20 lagi,  guna menghalangi telepon-telepon dari produksi Nokia dan Samsung.

Seiring turunnya harga, lebih banyak pengguna akan mengadopsi alat yang lebih cerdas. Diperkirakan antara 2013 hingga 2017, China dan India akan memiliki lebih dari 28 persen pelanggan ponsel pintar. (esy/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: