Ichwan Yunus Menata Karir di Lingkaran Birokrasi (3)

Ichwan Yunus Menata Karir di Lingkaran Birokrasi (3)

\"Ichwan-yunus3\"Diperbantukan di PLN

Karir Ichwan sebagai pejabat struktural dalam pemerintahan dalam hal ini Departemen Keuangan tidak terlalu baik.  Ia hanya sempat menduduki jabatan eselon saja, itu pun tidak bertahan lama karena oleh Departemen  Keuangan Ichwan di perbantukan ke PLN sebagai Direktur Muda Akuntansi. Dari sisi prestise jabatan Direktur Muda Akuntansi jauh lebih bergengsi dibandingkan dengan jabatan lamanya sebagai Kepala sub Direktorat Pemeriksaan Kas Negara.  Namun karena PLN adalah perusahaan negara, maka jabatan apa pun di sana adalah bukan merupakan eselon (non eselon). Tugas utama dalam jabatan tersebut adalah membantu PLN dalam rangka memenuhi coopenanse (syarat) dari Bank Dunia, bahwa laporan keuangan PLN itu harus dapat diperiksa.

Banyak gebrakan-gebrakan yang dilakukan Ichwan selama menjadi Direktur Muda Akuntansi di PLN yang cukup monumental dan berdampak positif bagi kinerja keuangan PLN saat itu, antara lain adalah ketika Ichwan menemukan adanya kesenjangan antara keuangan PLN Pusat dan Daerah, dimana kas PLN Pusat sangat minim karena sebagian besar uang PLN tersimpan di kas wilayah PLN.

Persoalannya adalah karena kewenangan pembayaran BBM kepada pihak Pertamina adalah di wilayah masing-masing dimana terdapat PLTD di sana. Akibatnya uang PLN sebagian besar mengendap di wilayah, sedangkan kas PLN Pusat kosong, atau dengan kata lain Direktur Keungan PLN Pusat nyaris tidak pegang uang sama sekali.

Sistem pembayaran seperti ini juga berdampak pada kesulitan kontrol keuangan PLN. Atas persoalan ini Ichwan berpendapat dan memberi saran kepada Direktur Keuangan PLN pusat supaya pembayaran BBM tersentralisasi. Dengan demikian kewenangan membayar BBM kepada Pertamina ada pada PLN pusat, dan kontrol keuangan PLN pun akan relatif lebih mudah dibanding dengan sistem pembayaran sekarang. Hal yang harus dilakukan adalah menarik uang yang ada di PLN wilayah ke Kas PLN Pusat.

Pemikiran dan saran cemerlang eksekutif muda ini membuat sang Direktur lega. Pasalnya keadaan keuangan PLN yang demikian itu bukannya tidak disadari, tetapi tidak tahu bagaimana jalan keluarnya. Sedangkan tanggung jawab langsung masalah keuangan PLN secara keseluruhan berada di pundaknya.

Maka tidak mengherankan jika usul Ichwan langsung mendapatkan  responpositif dari Direktur.  Direktur langsung mempersilahkan Ichwan untuk mengambil langkah-langkah untuk terwujudnya pembayaran BBM terpusat,.  Dengan catatan tidak boleh mengganggu apalagi sampai menghambat pengiriman BBM dari Pertamina ke wilayah-wilayah PLN dimana terdapat PLTD di sana. Tidak terlalu berpikir panjang langsung menugaskan Ichwan untuk meloby pihak Pertamina.

Pantang bagi Ichwan untuk menunda-nunda waktu dan kesempatan, setelah mendapat tugas dari Direktur Keuangan PLN, segera ia bersama dengan Kasubdit Akuntansi dan Kasubdit Anggaran PLN pergi ke Kantor Pertamina untuk rnengadakan loby-loby kepada pihak Pertamina. Di Pertamina Ichwan diterima oleh Direktur Perbekalan Dalam Negeri yang saat itu dijabat oleh jenderal Adi Soemarta.

Kesan pertama ketika bertemu dengan Jenderal Adi Soemarta, mengingatkan kembali kisah puluhan tahun yang lalu saat pertama kali bertemu dengan sekretaris penyelenggara Kursus Pembantu Akuntan di Bandung. Ichwan merasa dilecehkan, lalu secara spontan mendapat reaksi keras dari Ichwan dengan tantangan yang sama sekali tidak diduga oleh lawan bicaranya. Akan tetapi karena ekspresinya yang khas, serius tapi kocak, akhirnya suasana yang tegang tersebut segera mencair, komunikatif, akrab dan penuh canda.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: