Glenn Fredly saat acara pemutaran film premiere \"Glenn Fredly & The Bakucakar Live From Lokananta\" di XXI Epicentrum Walk, Jakarta, kemarin (2/10). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos
JAKARTA – Glenn Fredly bukan sekadar penyanyi biasa. Dia memang memiliki kemampuan bermusik luar biasa. Lagu ciptaannya banyak yang menjadi hit. Soal suara, tidak perlu diragukan lagi. Selain merdu, juga khas. Namun, itu belum cukup. Dia juga punya kepedulian besar terhadap musik Indonesia.
Beberapa tahun lalu Glenn menyatakan jeda sejenak dari hiruk pikuk bisnis musik komersial. Dia tidak lagi bernaung di major label. Pria yang baru berulang tahun ke-37 pada 30 September lalu itu memilih membuat label sendiri. Glenn mencoba mengeksplorasi dunia musik dengan caranya. ”Sebagai musisi saya galau. Saya ingin tahu di mana sejarah musik Indonesia,” kata Glenn di XXI Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin (2/10).
Dalam perjalanan indie-nya itu, banyak karya yang dibuat Glenn. Termasuk konser Cinta Beta yang dihelat bulan lalu untuk merayakan 17 tahun karirnya. Masih dalam momen sweet seventeen itu, Glenn juga membuat DVD live penampilannya. ”Tapi, dalam benak saya saat itu, kalau mau buat (DVD live), harus benar-benar istimewa. Jadi, bisa diwariskan ke anak cucu,” ujar mantan suami Dewi Sandra tersebut.
Keinginan itu menemukan titik cerah saat dia dan bandnya, The Bakuucakar, berada di Solo, Jawa Tengah. Saat itu mereka akan manggung di malam pergantian tahun di 2011 di sebuah hotel. ”Di situ kami menyempatkan diri main ke Lokananta. Seperti takdir, saya merasakan deja vu. Di situlah ground zero musik Indonesia. Di situlah sejarah pertama musik kita. Kami langsung sepakat untuk rekaman live di situ,” kisahnya.
Lokananta adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama di Indonesia. Studio tersebut didirikan pada 1956 dan berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Lokananta sekarang menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara RI. Banyak histori yang pernah dibuat di sana. Di situ penyanyi legendaris Gesang Martohartono, Waldjinah, hingga Titiek Puspa pernah rekaman.
Master rekaman pidato proklamasi Bung Karno juga disimpan di situ bersama piringan hitam pidato beberapa pimpinan dunia.
Tapi, sekarang tempat tersebut seperti tak dipedulikan lagi. Para pegawainya pun terpaksa cari dana sendiri untuk menggaji mereka sendiri. ”Maret lalu kami datang ke sana. Kami rekaman live untuk DVD di studio Lokananta yang ruangannya lebih besar daripada Abbey Road Studio London,” ucapnya.
Hasilnya bisa didengar di DVD live berjudul Glenn Fredly & The Bakuucakar Live at Lokananta yang dirilis kemarin. Di situ Glenn menegaskan bahwa isi DVD tersebut bukanlah berbicara soal dia, tapi tentang musik Indonesia. ”Kalau boleh pinjam kutipan Bung Karno, jas merah jangan sekali-sekali melupakan sejarah...Lokananta. Bungkusnya memang lagu-lagu galau, tapi pesan sebenarnya dari DVD itu adalah Save Lokananta,” tegasnya.
Glenn merasa miris karena Lokananta terabaikan oleh pemerintah sebagai pemiliknya. ”Anak-anak muda di sana lebih kenal Lokananta sebagai lapangan futsal,” imbuhnya.
N. Andi Kusuma sebagai sound engineer Lokananta yang kemarin hadir merasa speechless. Dia tak menyangka studio tersebut bisa menjadi tempat dibuatnya karya musik yang luar biasa. ”Saya nggak menyangka studio yang biasa saya pakai buat gamelan ternyata bisa dipakai untuk rekaman sebagus itu,” imbuhnya. (jan/c14/ayi)