Peta Jalan Transisi Energi Indonesia Dikritik Belum Efektif Atasi Krisis Iklim

Peta jalan transisi energi yang tengah disusun dan dijalankan oleh pemerintah Indonesia dinilai belum memberikan solusi konkret terhadap persoalan mendesak krisis iklim. Kritik tajam ini mengemuka dalam diskusi publik bertajuk “Krisis Iklim vs Peta Jalan -ist-
Belum lagi aktivitas seluruh PLTU batubara selain berkontribusi nyata terhadap krisis iklim juga memberikan dampak buruk pada warga yang tinggal di sekitar pembangkit mulai dari dampak kesehatan, ekonomi dan sosial.
Seminar ini akan menjadi bahan bacaan dalam rangka menjalankan kampanye melawan krisis iklim salah satunya dengan memperketat operasionalisasi PLTU batubara Teluk Sepang Bengkulu secara khusus sehingga mampu menekan emisi yang ditimbulkan.
Pengetatan yang dimaksud adalah memastikan kewajiban lingkungan korporasi dilaksanakan sesuai dengan kaidah lingkungan yg telah ditetapkan. Tidak dibenarkan ketika PLTU batubara beroperasi menurunkan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang bermuara pada jatuhnya korban.
Konsolidator STuEB M. Ali Akbar mengatakan bahwa belum ditemukan korelasi yang signifikan antara upaya melawan krisis iklim salah satu caranya menekan emisi karbon, dengan agenda dan juga skema pembiayaan dari JETP. Hal ini dibuktikanktikan dengan agenda JETP masih mendukung penggunaan energi fossil batubara.
“Agenda yang sedang kita lakukan untuk menurunkan emisi karbon adalah dengan cara memperketat operasionalisasi PLTU batubara yang ada di Sumatera secara umum dan PLTU batubara Teluk Sepang, Bengkulu secara spesifik untuk memastikan bahwa kewajiban lingkungan korporasi dilaksanakan secara benar,” katanya.
Seharusnya kata Ali hal ini juga menjadi agenda JETP, mengingat hingga saat ini operasionalisasi PLTU batubara terus menerus menimbulkan dampak buruk bagi manusia dan lingkungan.
“Hasil seminar ini akan menjadi landasan diskusi selanjutnya dalam rangka memastikan korporasi pembangkitan energi kotor bertanggungjawab atas dampak yang ditimbulkan,” kata Ali.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: