Meskipun Dihajikan Badal Oleh Anak Cucu setelah Meninggal, Kita Bisa Tak Dianggap Haji, Gus Baha Jelaskan Alas

Gus Baha Jelaskan Alasan Kenapa Haji Badal Tidak Diterima-(foto: kolase/bengkuluekspress.disway.id)-
BACA JUGA:Mana yang Didahulukan Antara Aqiqah dengan Kurban? Berikut Penjelasan Gus Baha
Dalam ceramahnya, Gus Baha menegaskan bahwa keputusan pribadi untuk menunaikan ibadah haji saat masih hidup.
"Nek sampean kadung mati dan ketika hidup gak terbersit niat haji, Anda itu sebetulnya benar-benar mati tanpa haji meskipun anak cucu anda menghajikan Anda," tegas Gus Baha.
Pentingnya niat pribadi dalam menjalankan ibadah haji menjadi sorotan utama. Gus Baha menekankan bahwa tekad dan keputusan dari individu sendiri merupakan unsur krusial dalam pelaksanaan ibadah ini.
Gus Baha juga mengkritisi praktik menghajikan seseorang yang telah meninggal dunia, yang kerap dimanfaatkan sebagai cara untuk melegalkan pembagian warisan.
Padahal, jika semasa hidup almarhum tidak pernah berniat untuk berhaji, maka sejatinya ia tidak memiliki keterlibatan spiritual dalam ibadah tersebut.
"Jadi tirkah itu gak boleh dibagi kecuali ada jatah yang diperuntukkan haji. Jadi penghajian ini itu hanya untuk menghalalkan tirkah. Tapi mayite itu ndak ada prestasi karena tidak ikut memutuskan. Paham nggih?," kata Gus Baha.
Gus Baha memberikan contoh yang kuat tentang pentingnya niat dalam ibadah haji. Ia menjelaskan bahwa meskipun seseorang tengah menderita sakit berat, seperti stroke.
Selama orang tersebut masih hidup dan mampu mengambil keputusan misalnya berniat menjual sawah atau mobil demi menunaikan ibadah haji maka niat tersebut tetap sah dan memiliki nilai spiritual yang tinggi di hadapan Allah.
BACA JUGA:Mana yang Lebih Utama, Kurban Sapi atau Kamping? Ini Kata Gus Baha
BACA JUGA:Bila Tak Mampu Kurban Kambing, Gus Baha Sarankan Sembelih Ayam, Berikut Caranya
"Tegalku dol yo le nggo haji. Inovaku dol nggo haji. Kan dia ikut memutuskan," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, keputusan pribadi memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan nilai spiritual suatu ibadah.
Gus Baha menegaskan bahwa menunaikan ibadah haji saat masih hidup jauh lebih utama dibandingkan dihajikan setelah meninggal dunia.
Hal ini karena kesadaran dan ketulusan dalam beribadah adalah aspek yang tidak bisa diwakilkan atau digantikan oleh orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: