Ketindihan! Ini Fakta Medis yang Perlu Diketahui
Saat tidur, tubuh akan mengalami dua fase, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). --
BENGKULUEKSPRESS.COM - Ketindihan merupakan fenomema yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Padahal, kondisi ini dapat dijelaskan secara medis dan diatasi dengan penanganan yang tepat. Untuk mengetahui fakta medis seputar Ketindihan, simak penjelasan berikut.
Ketindihan atau yang secara medis dikenal dengan istilah sleep paralysis merupakan kondisi ketika seseorang tidak mampu berbicara atau bergerak saat terbangun dari tidur atau ketika akan tidur. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Evaluasi 53 Desa Wisata untuk Tingkatkan Daya Saing Pariwisata
Ketindihan dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, fenomena ini lebih berisiko dialami oleh orang yang memiliki kondisi tertentu, seperti insomnia, gangguan cemas, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Selain itu, ada faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ketindihan, di antaranya:
- Keluarga dengan riwayat ketindihan atau faktor keturunan
- Kurang tidur atau pola tidur tidak teratur
- Kram kaki pada malam hari
- Penyalahgunaan obat-obatan
Meski jarang terjadi, “kelumpuhan” saat tidur ini juga bisa menjadi gejala narkolepsi, yaitu gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk tetap terjaga lebih dari 3-4 jam.
BACA JUGA:Control Freak! Istilah untuk Orang yang Suka Mengatur Orang Lain
Jenis-Jenis Ketindihan dan Proses Terjadinya
Secara umum, ketindihan dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu hypnopompic sleep paralysis dan hypnagogic sleep paralysis. Berikut ini adalah penjelasannya:
Hypnopompic sleep paralysis
Saat tidur, tubuh akan mengalami dua fase, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Fase NREM ditandai saatt tubuh mulai terasa lebih rileks dan mata pun mulai terpejam. Setelah itu, fase ini akan beralih ke fase REM.
Ketika fase REM dimulai, mata akan bergerak cepat dan mimpi akan muncul. Seluruh otot tubuh pun tidak aktif sehingga tidak bisa digerakkan, sehingga fenomena ketindihan dapat terjadi bila Anda terbangun pada fase ini. Akibatnya, otak tidak siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh sulit digerakkan, tetapi Anda sudah membuka mata dan tersadar.
BACA JUGA:Waspada! Kondisi Ini Dialami Akibat Kurang Tidur
Saat mengalami ketindihan, Anda akan merasakan adanya tekanan sehingga membuat Anda sulit bernapas. Tidak jarang pula muncul sensasi lain, misalnya merasa ada sosok lain di dekatnya. Kondisi ini merupakan jenis halusinasi yang sering kali menyertai fenomena ketindihan.
Hypnagogic sleep paralysis
Berbeda dengan hypnopompic sleep paralysis yang terjadi dari fase tidur ke fase bangun, hypnagogic sleep paralysis terjadi dari fase bangun ke fase tidur. Saat menjelang tidur, tubuh secara perlahan akan kehilangan kesadarannya. Orang yang mengalami hypnagogic sleep paralysis seakan-akan masih tersadar sehingga masih dapat merasakan hal-hal di sekitarnya, tetapi tidak dapat berbicara atau menggerakkan tubuh.
BACA JUGA:Jangan Anggap Remeh! Ini Bahaya Sering Main Ponsel Sebelum Tidur yang Perlu Diwaspadai
Cara Mencegah dan Mengatasi Ketindihan
Setiap orang sebenarnya memiliki kemungkinan mengalami ketindihan. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Ada yang mengalami ketindihan 1–2 kali saja seumur hidup, tetapi ada juga yang mengalaminya beberapa kali dalam satu bulan atau bahkan lebih sering. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah ketindihan, antara lain:
- Memastikan waktu tidur yang cukup, yaitu sekitar 6–8 jam setiap malamnya
- Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman
- Menghentikan penggunaan gadget minimal 1 jam sebelum tidur
- Membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada jam yang sama secara teratur
- Menerapkan pola hidup sehat juga dapat mengurangi risiko terjadinya sleep paralysis, seperti berolahraga secara teratur, mengurangi konsumsi kafein dan minuman beralkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok.
BACA JUGA:Hati-hati Sebelum Menggunakan! Ini Dia Dampak Buruk Pemutih Kulit
Tanda-Tanda Ketindihan yang Perlu Diwaspadai
Kelumpuhan saat tidur sering kali menghilang dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun, segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami hal-hal berikut ini:
- Rasa cemas atau khawatir berlebihan
- Tubuh terasa lemas dan lelah sepanjang hari
- Tidak tidur semalaman
BACA JUGA:Kalau Mau Kulit Mulus dan Sehat, Coba 6 Makanan Ini
Dokter biasanya akan mengatasi kondisi tersebut dengan pemberian obat antidepresan. Namun, penggunaan obat-obatan ini hanya boleh dilakukan sesuai petunjuk dan di bawah pengawasan dokter. Nah, sekarang Anda sudah mengetahui penjelasan secara medis dari fenomena ketindihan. Jauh dari kesan mistis, kan? Jadi, Anda tidak perlu takut.(bee)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: