Ini Dia Penyebab Maloklusi dan Cara Mengobatinya
Maloklusi umumnya bersifat genetik, artinya kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya.--
BENGKULUEKSPRESS.COM - Maloklusi adalah istilah medis untuk menggambarkan posisi atau susunan gigi dan rahang yang tidak normal. Jika sampai mengganggu penampilan atau mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini bisa diatasi dengan memasang kawat gigi atau operasi.
Maloklusi ringan tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun, Maloklusi berat dapat membuat pipi bagian dalam, gusi, atau lidah sering tergigit secara tidak sengaja. Bahkan, di kasus-kasus tertentu, Maloklusi juga membuat penderitanya sulit berbicara dan menimbulkan rasa tidak nyaman saat mengunyah.
BACA JUGA:Orang Tua Sebaiknya Tak Selalu Mengikuti Kemauan Anak, Ustaz Khalid Basalamah Sarankan Ini
Penyebab Maloklusi
Maloklusi umumnya bersifat genetik, artinya kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya. Meski demikian, terdapat beberapa kebiasaan waktu kecil yang dapat mengubah struktur rahang dan menyebabkan maloklusi. Beberapa kebiasaan itu adalah:
- Menggunakan dot atau menyusu dengan botol hingga usia 3 tahun
- Sering mengisap jempol
- Perawatan gigi yang kurang tepat
Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, maloklusi juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini:
- Jumlah gigi yang berlebih, gigi berbentuk tidak normal, atau gigi tanggal
- Cedera pada gigi atau rahang
- Tumor mulut
- Bibir sumbing atau terdapat belahan pada langit-langit mulut
BACA JUGA:Bacok Polisi Hingga Tewas; 2 Pelaku Tewas Ditembak, 1 Orang Masih Anak-anak
Cara terbaik untuk mengetahui penyebab pasti maloklusi adalah dengan memeriksakan diri ke dokter gigi. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes guna mendiagnosis kondisi maloklusi dan menentukan penyebabnya.
Jenis-Jenis Maloklusi
Dokter gigi akan memeriksa kondisi gigi dan melakukan pemeriksaan tambahan, seperti membuat cetakan gigi dan foto Rontgen gigi, untuk menentukan apakah posisi gigi selaras atau tidak. Jika tidak selaras, maloklusi akan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya. Berdasarkan jenisnya, maloklusi dapat dibagi menjadi 3 kelas besar, yaitu:
Kelas 1
Jenis maloklusi yang paling sering terjadi. Kondisi ini ditandai dengan gigi atas yang tumpang tindih dengan gigi bawah.
BACA JUGA:1 Polisi dan 2 Warga Sipil Tewas di Seluma, Saat Upaya Penangkapan Tersangka Pembacokan
Kelas 2
Jenis maloklusi ini disebut juga overbite, retrognathism, atau tonggos. Gigi tonggos adalah kondisi ketika gigi dan rahang bagian atas lebih maju secara signifikan dibanding rahang dan gigi bagian bawah.
Kelas 3
Pada maloklusi ini, rahang bagian bawah maju ke depan hingga membuat gigi bawah lebih maju daripada gigi dan rahang atas. Di Indonesia, kondisi ini dikenal dengan sebutan ‘cameh’. Namun, secara medis, maloklusi kelas 3 disebut underbite atau prognathisme.
Maloklusi kelas 1 biasanya tidak menimbulkan keluhan. Tetapi, bila kondisinya berat, maloklusi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman saat menggigit atau mengunyah makanan, wajah terlihat kurang simetris, cenderung bernapas lewat mulut, dan sering tergigitnya lidah atau pipi bagian dalam.
BACA JUGA:Amal Sebanyak Apapun Tak Cukup untuk Masuk Surga, Gus Baha: Kita Butuh Ini
Cara Mengobati Maloklusi
Maloklusi yang tergolong ringan biasanya tidak membutuhkan penanganan khusus. Penanganan lebih sering dilakukan ketika maloklusi yang diderita sudah parah dan menimbulkan gangguan, seperti kesulitan dalam berbicara atau mengunyah makanan.
Dokter akan memilih metode penanganan sesuai dengan tipe maloklusi yang diderita. Beberapa metode yang dapat digunakan adalah:
- Pemasangan kawat atau pelat khusus untuk mengukuhkan atau menstabilkan tulang rahang
- Pencabutan gigi tertentu untuk memperbaiki posisi gigi yang terlalu berdesakan
- Pemasangan crown gigi atau dental crown
- Operasi untuk memperpendek atau memperbaiki bentuk tulang rahang
- Pemasangan kawat gigi
BACA JUGA:Saat Menjenguk Orang yang Baru Melahirkan, Baca Doa Berikut Ini
Meski bertujuan untuk mengobati, metode-metode penanganan tersebut juga berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu iritasi gigi dan mulut, nyeri, serta sulit bicara dan mengunyah. Tidak menutup kemungkinan, gigi juga dapat menjadi rusak. Jika maloklusi yang Anda alami terasa mengganggu, baik untuk bicara, mengunyah, maupun penampilan, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan gigi serta penanganan yang tepat.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: