Program Kosabangsa UNIB dan UNIVED, Wujudkan Desa Lawang Agung Mandiri

Program Kosabangsa UNIB dan UNIVED, Wujudkan Desa Lawang Agung Mandiri

IST/BE Beberapa kegiatan program Kosabangsa Unib dan Unived yang dilaksanakan di desa Lawang Agung kecamatan Air Periukan kabupaten Seluma--

BENGKULUEKSPRESS.COM – Kerjasama antara Universitas Bengkulu (UNIB) dan Universitas Dehasen Bengkulu (UNIVED) dalam Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) Tahun 2023 telah memulai terobosan besar pada sektor pertanian dan peternakan di Kabupaten Seluma, khususnya Desa Lawang Agung, Kecamatan Air Periukan.

Program yang berlangsung mulai tanggal 25 Oktober hingga Desember 2023 ini melibatkan berbagai inovasi dan keahlian serta partisipasi aktif masyarakat. 

Salah satu inovasi program adalah introduksi benih Cabai Hibrida milik UNIB.

Kegiatan ini didampingi langsung oleh penemunya sendiri yaitu Prof. Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S yang bertindak selaku Ketua Pendamping Kosabangsa. 

BACA JUGA:SMKN 1 BS Sabet Juara Desain Poster dan Parodi Tiktok Unived

Profesor yang ahli pemulian tanaman ini menegaskan bahwa cabai merupakan tanaman yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena itu menjadi penting untuk dikembangkan secara komersial.  

“Kami ingin masyarakat Lawang Agung mampu membuat benih unggul secara mandiri sekaligus menjadikan desa ini sebagai sentra hortikultura dan tanaman pangan di Provinsi Bengkulu”, ungkapnya.

“Masyarakat desa tidak hanya akan dibantu tentang teknologi produksi benih unggul UNIB, tapi juga teknologi produksi buah dan pengelolaan pasca panennya”, lanjut Prof. D.W Ganefianti.

Inovasi berikutnya adalah teknologi pembuatan pakan ikan. Diketahui bahwa Lawang Agung memiliki Kelompok Pembudidaya Ikan, yakni Merawai Sejahtera yang sudah tujuh tahun membudidayakan dan memasarkan lele.

Namun yang masih menjadi persoalan adalah mereka masih bergantung pada pakan yang dibeli dari luar kota.

BACA JUGA:Atasi Masalah Sampah, Pemkot Bakal Gandeng Unived

Adapun biaya yang dikeluarkan mencapai 80 persen dari total pendapatan. Mujiono, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Pelaksana dalam program ini berharap bahwa dia dan timnya mampu menekan biaya pakan minimal 20 persen dengan cara membuat pakan secara mandiri dengan tetap menjaga nilai nutrisi yang dibutuhkan. 

Solusinya adalah memanfaatkan limbah solid kelapa sawit sebagai media pengembang-biakkan maggot BSF. Kandungan protein kasar pada maggot cukup tinggi, yakni berkisar antara 35 – 45 persen.

“Untuk teknologi produksi maggot BSF, kita akan melibatkan Prof. Agustin Zarkani sebagai ahli serangga dari UNIB”, tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: