Ichwan Yunus Mulai Bekerja dan Tugas Belajar (bagian 3)

Ichwan Yunus Mulai Bekerja dan Tugas Belajar (bagian 3)

Tugas Belajar ke Bandung   Namun betapa pun bulatnya tekad, kerasnya inginan dan tingginya rasa percaya diri, ia tetap rendah hati. Adalah Komaruddin, bapak Indekosnya tempat ia selama ini mengadu, bertukar pemikiran, meminta saran, pendapat dan pertolongan tidak dilupakannya. Ia lantas berkonsultasi, minta saran dan pertimbangan tentang  keinginannya melamar Kursus jabatan Pembantu Akuntan tadi.    Termasuk kesulitan memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana tertera dalam pengumuman, yakni harus mendapatkan persetujuan tertulis otang tua/wali. Tidak mungkin bagi Ichwan untuk mendapatkan izin tertulis otang tuanya, karena jika ia harus pulang dulu ke Bengkulu. Pasti akan memakan waktu yang lama, apa lagi jika hanya lewat surat, akan lebih lama lagi. Sedangkan lamaran tersebut harus segera dikirimkan, mengingat batas waktu lamaran yang harus diterima Panitia sudah sangat singkat. Bapak Indekosnya menyambut baik keinginan Ichwan dan menganjurkannya untuk segera membuat lamaran yang dilengkapi dengan persyaratan- persyaratan yang diminta. soal persetujuan tertulis dari orang tua/wali adalah tanggung jawab Bapak Indekosnya, yang dengan senang hati bersedia menjadi walinya Ichwan.  Lamaran tersebut lantas dibawa langsung oleh Bapak Indekosnya yang secara kebetulan bekerja di Kantor Pos itu untuk dikirimkan kepada alamat sebagaiman tertera dalam pengumuman di koran tadi. Ichwan tidak tahu persis berapa jumlah orang yang tertarik dan melamar kursus tersebut.  Yang jelas menurut informasi dari Bapak indekosnya, bahwa lamaran yang dikirim lewat Kantor Pos cukup banyak.   Termasuk Murni teman Ichwan yang sama-sama berasal dari Mukomuko, ikut juga melamar. Menunggu biasanya adalah pekerjaan yang membosankan, terlebih dalam kasus penantian terhadap diterima atau tidaknya sebuah lamaran seperti yang sedang dialami Ichwan dan para pelamar yang lain.   Sudah bisa  dipastikan semuanya merasakan harap-harap cemas. Berharap dapat diterima, dan cemas karena takut gagal.Tidak demikian halnya dengan Ichwan, ia merasa biasa-biasa saja. Berharap itu pasti,tetapi ia tidak pernah merasa cemas dan gelisah. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat Ichwan jauh dari rasa cemas dan gelisah; Pertama, bagi Ichwan, setelah lamarannya terkirim.  Ia merasa usahanya sebagai hamba Allah untuk sementara sudah maksimal, karena dalam hal ini memang tidak ada lagi yang bisa diperbuat kecuali do’a. Kedua, karena rasa percaya diri dan optimisme yang tinggi sudah menjadi karakter dirinya, ia yakin betul kalau lamarannya akan diterima. Ketiga, secara kebetulan Ichwan masih aktif kuliah, maka ia tetap konsentrasi dengan kuliahnya. Ketiga faktor inilah yang membuat Ichwan tidak merasakan bosan, cemas dan gelisah dalam penantiannya. Tidak terasa saat-saat yang dinanti itu akhirnya tiba, surat pemberitahuan tentang hasil seleksi administratif sudah ditangannya.  Ia dinyatakan lulus/diterima sebagai peserta kursus. Yang sangat membanggakan Ichwan ketika itu adalah bahwa dari sekian banyak pelamar, ternyata Ichwan lah yang paling beruntung, ia satu-satunya dari Palembang yang dinyatakan lulus dan mendapatkan panggilan untuk mengikuti kursus tersebut. Namun demikian, tidak hanya Ichwan yang merasakan kegembiraan atas keberhasilan ini, ekspresi kegembiraan terlihat jelas diwajah ibu dan bapak indekosnya. Ucapan selamat dan decak kagum juga datang dari kawan-kawan seperjuangannya. Semuanya memberi semangat dan motivasi kepada Ichwan untuk terus berjuang tanpa henti.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: