Ichwan Yunus Mulai Bekerja dan Tugas Belajar (bagian 2)
Ingin Kuliah, Keluar Dari Bank Sriwijaya Pengalaman yang paling mengesankan Ichwan ketika itu, adalah saat hendak berangkat mengantarkan lamaran ke Bank Tani dan Nelayan, Bapak Indekosnya menyarankannya untuk berpakaian rapi dan formal sebagaimana layaknya pegawai bank. Ichwan dengan senang hati menerima saran tersebut, lantas mempersiapkan segala sesuatunya, kecuali dasi yang dia tidak punya. Seperti biasanya jika menemui kesulitan, Ichwan selalu saja mengadu kepada Bapak Indekosnya. Untuk yang satu ini, Ichwan tidak hanya dipinjami dasi, tetapi juga dipasangkan, karena baru pertama kali inilah sepanjang sejarah kehidupannya, Ichwan mengenakan dasi. Keesokan harinya, setelah menyiapkan berbagai kelengkapan administrasi yang dibutuhkan, berpakaian bersih dan rapi lengkap dengan dasinya, didorong dengan rasa percaya diri yang penuh berangkat dengan menumpang oplet menuju lokasi dimana Bank Tani dan Nelayan berada. Karena membawa memo dari Dirut Bank Sriwijaya, maka tidak ada kesulitan baginya, bahkan disambut baik dan diantarkan menemui Direktur. Tapi apa hendak dikata, bak pepatah mengatakan, malang tak dapat ditoIak, untung tak dapat diraih, dewa keberuntungan belum Mulai Bekerja dan Tugas Belajar berpihak kepadanya. Dengan sangat menyesal, dan tidak bermaksud mengecewakan Dirut Bank Sriwijaya dan Ichwan. Dirut harus jujur mengatakan bahwa lamaran yang dimaksud sudah terisi oleh orang lain. Direktur terus meyakinkan Ichwan, bahwa penolakan ini bukan karena pihak mereka menganggap Ichwan tidak mampu, akan tetapi semata-mata hanya persoalan waktu saja. Secara kebetulan Ichwan datangnya sedikit terlambat. Sebagai manusia biasa, Ichwan tentunya merasa kecewa karena sesuatu yang diharapkan tidak tercapai. Namun ia bukan tipe laki-laki cengeng yang menyesali dan meratapi kegagalannya. Apa lagi kegagalan kali ini bukan karena ketidakmampuannya, tetapi semata-mata karena persoalan waktu sebagaimana disampaikan oleh pihak Bank Tani dan Nelayan tadi. Dia juga sama sekali tidak mencari kambing hitam tentang siapa yang bersalah karena keterlambatan informasi yang diterimanya.Tidak ada kata-kata terucap dari bibirnya, kecuali ia bergumam, bahwa belum rezeki dia untuk menjadi Banker. Ia bersikap biasa-biasa saja, dan kembali ke kantor Bank Sriwijaya tempat ia bekerja semula, tanpa memperlihat kan wajah kekecewaannya. Ichwan melaporkan hasil pertemuannya dengan salah satu Direktur Bank Tani dan Nelayan tadi kepada Direktur Bank Sriwijaya yang memberi memo kepadanya. Selanjutnya ia langsung bekerja sebagaimana biasanya. Karena keinginannya yang sangat kuat untuk melanjutkan studinya mengalahkan segala-galanya, termasuk berbagai pertimbangan-pertimbangan pahit yang pernah ada dalam pikirannya. Suatu hari Ichwan memberanikan diri menghadap Direksi Bank Sriwijaya tempat ia bekerja untuk memohon diberikan izin kuliah sambil bekerja. Akan tetapi jawaban sang direksi tidak seperti yang diharapkan oleh Ichwan. Sang direksi menyarankan Ichwan untuk bekerja saja dulu, kalau nanti sudah mapan barulah berencana untuk kuliah. ”Saya dulu juga berangkat dari bawah seperti anda. Jadi bersabarlah dan bekerjalah dulu dengan serius,\" ujar sang direksi ketika itu yang masih diingat oleh Ichwan. Bagi Ichwan, saran atau nasehat direksi tersebut tidaklah salah, tapi keinginannya untuk kuliah lebih besar dibandingkan dengan mengikuti saran sang direksi. Oleh karena itu ia memutuskan untuk berhenti bekerja di Bank Sriwjaya dan mulai kuliah di Universitas Sakyakirti Palembang, yang sekarang dikenal dengan Universitas Sriwijaya (Unsri). Setelah berjalan satu semester, Ichwan mulai merasakan kesulitan biaya kuliah, sekarang ia baru tahu bahwa biaya kuliah itu jauh lebih tinggi dari biaya sekolah di SMEA dulu. Ia mulai dihadapkan pada pilihan yang sulit. Satu sisi keinginan untuk meneruskan kuliahnya sangat besar di sisi lain mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan, tidak mungkin rasanya ia meneruskan kuliahnya. Namun betapapun sulitnya, ia tetap tekun dan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan akademisnya. Di tengah-tengah keadaan sulit itulah, secara kebetulan Ichwan membaca surat kabar Sinar Harapan, yang disodorkan oleh Bapak Indekosnya. Disana ada pengumuman penerimaan Kursus jabatan Pembantu Akuntan bagi alumni SMEA yang mempunyai niiai ijazah rata-rata diatas 7 (tujuh). Bagi yang dinyatakan lulus administrasi, akan mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah, dalam hal ini Departemen keuangan. Ichwan yang memang ményukai tantangan ini sangat tertarik dengan pengumuman tersebut, Tanpa pikir panjang ia membuIatkan tekat untuk turut berkompetisi, karena ia sangat yakin dengan kemampuannya. jangankan hanya sekedar seleksi administatif, karena memang nilai rata-rata ijazahnya di atas 7 (tujuh) seleksi kemampuan akademik, tertulis atau lisan pun ia siap.(bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: