Kisah Dudi (42), Penyandang Difabel Penjual Mainan Anak-anak
Tak Mau Dikasihani, Jajakan Mainan Keliling Kota BENGKULU, bengkuluekspress.com - Keterbatasan fisik tak membuat Dudi (42), berpangku tangan menanti belas kasihan orang. Meski telah kehilangan tangan kanannya karena diamputasi sejak kecil, warga Pagar Dewa, Kecamatan Selebar Kota Bengkulu ini, rela keliling hingga sekitar 15 kilometer tiap hari untuk menjual mainan anak-anak. Kerja kerasnya itu tak lain untuk menafkahi orang tuanya dan saudaranya. Saat ditemui di dekat salah satu warung di Bumi Ayu Ujung, Rabu (19/01), pria 42 tahun itu tampak sedang merapikan mainan anak-anak yang hendak Ia jual. Meski tubuhnya lusuh dan sedikit basah karena hujan, semangatnya untuk bertahan hidup bisa kita jadkan contoh untuk ditiru. Anak kekedua dari tujuh bersaudara itu terkena cacat tangan sebelah kanan sejak usianya baru sekitar delapan tahun. Meskipun begitu dia tidak pernah berputus asa, setiap hari Dudi mampu keliling Kota Bengkulu untuk menjual mainan anak berupa balon dan gelembung air sabun. \"Saya berjualan terhitung dari tahun 2017 atau sudah memasuki 5 tahun saya berjualan. Untuk rute yang saya tempuh juga berbeda-beda tepatnya di Kecamatan Kampung Melayu, Selebar dan Gading Cempaka. Setiap hari, mulai pagi sampai sore menjelang magrib keliling,\" kata Dudi. Dengan keterbatasan fisiknya, menempuh jarak sejauh itu bukan perkara mudah. Apalagi membawa beban hanya menggunakan satu tangan. Mulai dari Pasar Ikan Pulau Baai hingga ke Lingkar Barat dan Pagar Dewapun dia datangi. Dia rela melawan lelah demi mengais rupiah dari keuntungan menjual mainan. “Saya yakin saja jualan saya laku, dan untuk laku atau tidaknya itu juga tergantung saya memasarkannya. Dulu diawal tahun 2017 saya yang banyak lakunya di Bumi Ayu, pasca covid saya berjualan di Lingkar Barat dan kadang saya juga memasarkan jualan saya pesta pernikahan, aqiqah dan juga kepada anak anak TK, tapi biasanya kalo prinsip anak anak itu kalo ada temannya beli pasti beli juga,” katanya. Dudi mengaku, ia membeli barang dagangannya ke agen kemudian dijual lagi. \"Dagangan ini saya beli dari agen kemudian saya jual kembali dengan harga Rp 15 ribu untuk balon dan Rp 10 ribu balon sabun. Sehari kadang dapat Rp 50 ribu, kadang Rp 70 ribu, kadang kalau ramai biasa nya di acara pesta sampai Rp 100 dan Rp 300 ribu, bahkan ketika sedang berezekinya perna saya dapat Rp 700 ribu namun pernah juga saya tak dapat sama sekali karena tak laku,\" ujarnya. Sebelum memutuskan untuk berdagang, dia pernah mengadu nasib dari bantuan Dinas Sosial dengan menyenyam bangku pendidikan di bidang komputer hingga sampai diploma II Guna Dharma Pelambang. Kerja kerasnya dan keingunan nya untuk manjadi orang besar tak sampai disitu. Setelah menempuh pendidikan diploma II Ia coba mengabdikan ilmu nya menjadi tenaga pendidik di Yayasan Kebajikan Al Khazanah Jakarta. \"Saya selepas diploma II sempat mengajar di Yayasan Kebajikan Al Khazanah Jakarta selama dua tahun. Dan saya merasa kurang ilmu maka saya melanjutkan pendidikan ke diploma III bidang TIK (Teknologi Informatika Komunikasi). Akan tetapi lantaran tidak mempunyai biaya dan kuliah samblik kerja juga, maka saya memutuskan untuk berhenti dan pulang kampung,\" tutur Dodi. Selain itu, Dodi berpesan kepada anak muda di masa kini untuk terus semangat dan pantang penyerah dalam menggapai segala sesuatu. Menurut nya, yang terpenting dalam hidup itu bagaimana cara mensyukuri nikmah yang telah di berikan oleh Allah. \"Kita itu harus selalu mensyukuri nikmat yang telah dikasih oleh Allah, karena masih banyak saudara kita yang lebih susah dari kita. Dan kita harus percaya apapun yang terjadi dalam hidup kita semua adalah ketentuan yang Maha Kuasa, sabar ikhlas dan selalu berserah diri kepada Allah,\" pungkas Dodi.(CICI/MG8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: