Akademisi, Kelompok Strategis Penggiat Anti-Hoax Bengkulu

Akademisi, Kelompok Strategis Penggiat Anti-Hoax Bengkulu

BENGKULU, BE - Tingkat penetrasi masyarakat Indonesia sangat tinggi dalam mengakses internet. Namun, banyak masyarakat Indonesia yang terjebak di lingkaran berita hoaks yang menyesatkan, orang-orang awam mempercayai hoaks dengan mudah, hoaks yang beredar di Indonesia bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, persebaran hoaks pun semakin masif. Kebangkitan Internet dan platform media sosial pada saat ini telah membuat persebaran berita palsu menjadi secepat kilat. Tidak perlu memiliki pendidikan tinggi untuk oknum yang menyebarkan hoax, namun pengakses informasi seringkali dari kalangan akademisi. Sehingga semua kelompok sangat rentan dalam mempercayai informasi hoax. Teknologi informasi baru membuat orang semakin mudah dalam membuat dan menyebarkan informasi yang tidak akurat dan menyesatkan. Upaya untuk memerangi penyebaran hoax salah satunya adalah memberikan literasi kepada kalangan akademisi yang dipercaya mampu mengedukasi mahasiswa sebagai kelompok yang paling tinggi akses pada media sosia namun tidak dibaremgi dengan kemampuan literasi yang tinggil. Sebagai organisasi profesi jurnalis, AJI juga menaruh perhatian besar akan informasi yang diakses oleh para akademisi dan jangan sampai mereka terjebak hoaks. Sebab tidak mungkin mencegah peredaran informasi hoaks sehingga penting akademisi dibekali kemampuan pengecekan fakta dan verifikasi informasi dalam mengonsumsi informasi baik dari media massa maupun media sosial. Mereka diharapkan dapat melakukan verifikasi bertingkat dan tidak mudah percaya saat mendapatkan informasi. Untuk dapat meningkatkan kemampuan akademisi Ilmu Komunikasi dan mengedukasi publik atau mahasiswa dalam melakukan verifikasi terhadap informasi yang mereka terima, AJI melakukan pelatihan dan workshop berbasis kemitraan. Kemitraan tersebut dijalankan bersama Google News Initiative (GNI) dan Internews. Sebagai salah satu search engine terbesar Google memiliki banyak tools yang dapat digunakan secara gratis. Tools tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan verifikasi informasi yang mereka terima. Pelatihan Cek Fakta dan Verifikasi Google News Initiative Network bagi Akademisi diselenggarakan tanggal 10 sampai 24 September 2020 oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan Google News Initiative (GNI) dan FISIP Universitas Bengkulu serta juga perguruan tinggi lain yang tergabung dalam ASPIKOM Korwil Bengkulu. Kegiatan diikuti oleh dua puluh (20) akademisi (dosen) dari tiga (3) perguruan tinggi di Bengkulu yaitu Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNIB 14 orang, Dosen Ilmu Komunikasi Univ. Muhamadiyah Bengkulu 3 orang dan Dosen Ilmu Komunikasi Univ. Ratu Samban 3 orang. Walaupun dilakukan secara daring menggunakan Googlemeet, antusisame peserta sangat tinggi karena bukan hanya teori yang diberikan tetapi lebih banyak pada praktek langsung dalam kegiatan cek fakta. Peserta diberi tugas dalam setiap sesi untuk memecahkan masalah yang telah dirancang sehingga peserta bisa menemukan solusinya melalui ruang diskusi (breakout group) perkelompok dosen yang telah disediakan, tetap menggunakan Gmeet. Setelah sesi diskusi berakhir masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Sebagai bukti keikutsertaan pelatihan, Peserta di berikan e-sertifikat oleh AJI Indonesia. Training ini diampu oleh dua trainer tersertifikasi Google News Initiative yaitu Gushevinalti dan Nurfahmi Budi. Training ini bertujuan untuk peningkatan kapasitas dan keterampilan peserta dalam memanfaatkan sejumlah online tools untuk melakukan verifikasi daring atas informasi yang terindikasi sebagai hoaks, melakukan pengecekan kebenaran data, foto atau video yang beredar di dunia maya, serta dapat mentransfer keterampilan tersebut untuk pengecekan fakta pada mahasiswa di kampusnya masing-masing. (Rls) Materi yang disampaikan mencakup delapan (8) topik pokok berikut: 1. Pengantar ganggguan informasi (mis/dis/malinformasi) 2. Arti penting literasi media/informasi/digital 3. Strategi pencarian informasi daring 4. Pemonitoran media daring 5. Analisis sumber informasi daring 6. Verifikasi gambar dan video 7. Verifikasi lokasi (geolocation) 8. Strategi pelaporan verifikasi informasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: