STOP KORBANKAN ANAK-ANAK

STOP KORBANKAN ANAK-ANAK

Polemik SDN 62 Kota Bengkulu

BENGKULU, BE- Proses pembelajaran sebanyak 378 siswa/siswi SDN 62 Kota Bengkulu di auning Pasar kuliner di jalan Merawan Kelurahan Sawah Lebar Baru kota Bengkulu terjadi karena ego orang dewasa dengan mengorbankan anak-anak. Hal ini diungkapkan Psikologi Bengkulu, Anni Suprapti M.PSi saat ditemui BE, kemarin. Dikatakanya, aksi turun ke jalan dengan mencari sumbangan untuk membantu pembayaran lahan sengketa bukan menjadi hal yang baik bagi anak-anak. Belajar di luar kelas selain tidak efektif juga memberikan dampak negatif bagi anak-anak dalam memperoleh pendidikan. Anni melihat apa yang terjadi saat ini, justru anak-anak yang seolah-olah menjadi korban orang tua, dan \"dimanfaatkan\" oknum untuk kepentingan-kepentingan, bahkan kepentingan ahli waris. \"Kenapa wali murid tidak memilih dan mengikuti keputusan pemerintah yang telah menyediakan lokasi pembelajaran yang jelas dan terhormat,\" katanya. \"Di SDN 51 dan 59 Sekolahnya terhormat, memiliki atap dan layak untuk proses pembelajaran, \" tambah Ani. Tuntutan orang tua dan kekhawatiran anaknya yang dibully anak-anak lain, tidak seharusnya menjadi alasan dan membawa anak-anak hingga menggelar aksi belajar ke luar sekolah. Jika hal ini yang dikhawatirkan yang diperlukan hanyalah faktor pengawasan dewan guru yang berada ditengah-tengah anak. \"Kalau saya menjadi orang tuanya, dan saya merasa tidak nyaman anaknya diantar pakai bus, ya antar sendiri, \" celetuknya. Seharusnya dengan kondisi seperti ini anak-anak tetap difasilitasi untuk tetap mendapatkan pembelajaran yang layak. Upaya pemerintah sendiri telah telah memindahkan anak-anak dari SDN 62 ke SDN 51 dan SDN 59 sebagai cara memfasilitasi anak-anak untuk tetap mendapatkan pendidikan walau sifatnya sementara. Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak dibiarkan belajar di luar. \"Penyediaan fasilitas ini mestinya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh walimurid, dan bukan malah membawa-bawa anak belajar kesana kemari, \" cetusnya. Diakui dalam proses pembalajaran di kawasan baru, tidak semua berjalan mulus, keributan, saling ejek antar siswa dipastikan dapat terjadi. Dalam situasi seperti ini, orang dewasa seperti guru kedua belah sekolah, wali murid dituntut untuk memberikan penguatan. Bisa dilakukan dengan cara duduk bersama memberikan suport, dan pemahaman kepada anak untuk saling kebersamaan, saling membantu. \"Disinilah proses pembelajaran yang harus disampaikan pada anak, perlu dibangun cara berpikir anak untuk saling toleransi, kerjasama, dan saling menghargai. Bukan malah membawa anak-anak kesana kemari, Kasihan pada anak. Mereka (anak-anak) memiliki hak untuk belajar yang layak, \" katanya. Mengenai adanya unsur politisasi dibalik kejadian tersebut, Anni Suprapti, tak mau berindikasi apa yang ada dibelakang polemik ini berkepanjangan, \"Saya tidak bisa menuding apa-apa, namun anak menjadi korban dari ego orang dewasa, baik pihak yang bersengketa, wali murid yang tuntutanya belum bisa dikabulkan sehingga berdemo dengan cara memanfaatkan anak, dan ini tidak mendidik sama sekali, \" jelasnya. Aksi seperti ini hendaknya untuk tidak berlarut-larut, peran pemerintah selaku pengambil kebijakan dapat bersikap tegas dan komitmen dengan keputusan yang sudah dikeluarkan. Dan keputusan pemerintah harus diikuti. Sehingga hak anak terpenuhi untuk memfasilitasi dan mendapatkan pembelajaran yang layak. \"Apapun Keputusan pemerintah kedua belah pihak baik dari SDN 62 dan SD yang direlokasi harus melaksanakan perintah pemerintah, \" jelasnya. Dijelaskan, pelaksanaan pembelajaran yang saat ini dilakukan di auning pasar bukanlah pendidikan yang sehat. Walau banyak kedatangan relawan yang siap membantu mengajar sifatnya sementara. Upaya pemerintah yang mempersilahkan wali murid untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain, sebagai kebijakan yang tepat. Ani meyakini jika orang-orang dewasa ini saling menurunkan ego dan memahami anak-anak maka aksi pembelajaran yang tidak sehat seperti ini tidak terjadi. \"Ketika orang tua mampu memberikan pemahaman dan mampu menurunkan egonya, orang tua mampu memberikan suport agar tetap tegar dalam situasi seperti ini, itu yang diperlukan. Bukan malah membawa anak dan menarik diri belajar di luar, justru hal ini tidak sehat, \" jelasnya. Ia mengajak walimurid, pemerintah kota dan ahli waris untuk menurunkan ego dan tidak mengorbankan anak-anak atas pendidikanya. (247)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: